Ditemui usai acara Indonesia Technology Forum (ITF) di Lot 8, Jakarta, Calvin mengatakan bahwa tidak mudah bagi pihaknya untuk menyajikan PicMix sebagai aplikasi preload sebuah ponsel. Tantangan tersebut datang dari besaran file yang ditentukan oleh principal atau vendor.
"Ukuran itu permasalahan utama. Kalau kita bicara ponsel yang low-end, ini kan memorinya kecil sekali, jadi mereka pilih-pilih aplikasi mana yang akan di-preload. Secara teknis ini sangat menantang, dari misalnya aplikasi kami 13 MB diminta dipangkas menjadi 2 MB," tutur Calvin kepada detikINET, Kamis (28/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau untuk versi Lite paling kami hanya memberikan beberapa fitur saja. Tapi kami juga beri penjelasan, jika ingin yang lebih lengkap bisa download yang versi full-nya," tutur Calvin.
Sejauh ini PicMix sudah beberapa kali diajak untuk ikut dalam daftar aplikasi preload beberapa merek ponsel. Meski diajak, ada pula vendor yang tidak mau rugi dengan memberikan banderol harga.
"Kami sih senang-senang saja bisa diajak. Karena mungkin mereka tahu ini produk lokal dan ingin jadi preload. Tapi kadang ada beberapa vendor yang kami ingin masuk tapi malah disuruh bayar. Nah, itu kan agak-agak gimana gitu. Wong kita startup gak ada duitnya kok bayar," seloroh Calvin.
Meski bisa menjadi channel distribusi yang baru, menjadi aplikasi preload diakui tidak terlalu berdampak besar. "Jadi preload gak preload gak masalah lah bagi saya," lanjutnya.
Saat ini PicMix sendiri sudah mengantongi jumlah download sekitar 27 juta. Dan 35% di antaranya berasal dari Indonesia.
Selain menjadi aplikasi editing foto, PicMix ingin berevolusi menjadi aplikasi media sosial yang personalized. "Jadi, selain edit-edit foto, PicMix nanti akan ada media sosial, game, dan macam-macam. Masih dalam tahap pengembangan," Calvin menandaskan. (mag/ash)