Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengeluarkan prediksi itu setelah melihat aksi korporasi besar-besaran yang dilakukan Alibaba terhadap Lazada.
Alibaba yang telah menggurita sebagai pemain e-commerce terbesar di China, belum lama ini mencaplok Lazada dengan penguasaan saham mayoritas sehingga bisa jadi 'controlling stake'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus jelas dulu, yang diakuisisi Lazada sebagai holding atau tidak. Kalau Lazada secara keseluruhan, termasuk di Indonesia, ini bisa berdampak positif bagi kedua negara," katanya saat ditemui detikINET di Jakarta.
Menurut menteri yang akrab disapa Chief RA itu, saat ini baik China maupun Indonesia, memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus, meski sempat melambat beberapa tahun lalu.
"Lima tahun lagi, China akan menjadi raksasa Asia Utara dan Indonesia menjadi raksasa Asia Selatan. Bayangkan itu. Artinya, Alibaba sudah antisipasi roadmap e-commerce yang kita bikin," katanya.
Menurut perhitungannya, transaksi perdagangan antara China dan Indonesia pada tahun lalu dari sektor barang konsumsi (goods) mencapai sekitar USD 45 miliar. Angka itu diyakini bisa meningkat pesat begitu e-commerce kedua negara terkoneksi.
"Bisa saja aksi korporasi itu berdampak pada percepatan efisiensi kerja sama perdagangan maupun investasi kedua negara di masa depan. Satu yang pasti, sekarang mereka sudah hitung kita sebagai pasar e-commerce yang potensial dengan perkiraan valuasi USD 130 miliar di 2020," pungkasnya.
Seperti diketahui, Lazada adalah salah satu pemain e-commerce di Asia Tenggara dengan beroperasi di Singapura, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Thailand. Dalam kalkulasi valuasi Lazada mencapai USD 1,5 miliar pada 2015.
Pemegang saham Lazada adalah Rocket Internet, Tesco Inc, dan Rocket and Investment AB Kinnevik. Rocket Internet sendiri mengalami kerugian hingga 197,8 juta euro dengan pendapatan 429 juta euro pada 2015 lalu. (rou/ash)