Menurutnya, ada banyak pelajaran dari sisi teknologi informasi yang bisa diambil hikmahnya oleh para perusahaan agar kejadian serupa tak lagi terulang.
"Sudah saatnya perusahaan yang ingin menjalankan azas prudent lebih memperhatikan aspek keamanan," ujarnya saat memulai pembicaraan dengan detikINET di Jakarta, Senin (11/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokumen yang kabarnya bisa mengungkap skandal keuangan orang-orang ternama di dunia itu disebut sebagai dokumen paling besar yang pernah terungkap dalam sejarah.
Jika dibandingkan dengan Wikileaks yang pernah terkuak pada 2010 -- yang hanya memiliki 1,7 gigabyte -- tak sebanding dengan Panama Papers yang memiliki ukuran dokumen 100 kali lebih besar -- dimana besar data yang berhasil dibobol 2,6 terabyte dan menyimpan sekitar 11,5 juta file.
Β
Dokumen itu diklaim merupakan hasil investigasi 370 wartawan dari 100 organisasi media berbeda yang tersebar di seluruh dunia yang tergabung dalam Internasional Consorsium of Investigative Journalists (ICIJ).
Di balik bocornya dokumen tersebut, kabarnya ada banyak faktor dari teknologi informasi sehingga data tersebut bisa sampai bocor ke publik.
Sementara diketahui, salah satu kunci bocornya data Panama Papers berkat software dari perusahaan pengembang perangkat lunak, Nuix. Software yang diproduksi oleh sekelompok kecil pengembang Australia itu membantu para jurnalis membongkar data tersebut.
Solusi milik NuixΒ mampu menyaring jutaan bocoran dokumen dari firma hukum atau perusahaan offshore asal Panama, Mossack Fonseca. Firma ini yang dikenal yang memiliki dokumen dan data Panama Papers.
Berkat Nuix, ICIJ mampu memindai jutaan dokumen, termasuk dokumen yang sudah berusia beberapa dekade, mencari teks dan membantu mencari referensi silang klien Mossack Fonseca atas dokumen tersebut.
"Kita kan belum bisa tahu sebenarnya apa yang terjadi. Tetapi ada indikasi jika kita lihat screenshot dari postingan Twitter oleh Mossack Fonseca yang mengatakan: 'unfortunately we have been subject to unauthorized breach on our server'," kata Erik.
Β
"Bicara soal Nuix, itu kan dibobol dulu baru pakai software itu untuk dibaca datanya. Nah, bisa dibobol itu, ini aspek keamanan di teknologi informasi," paparnya lebih lanjut.
Diyakininya, pembobol berhasil menerobos sistem keamanan karena secara sederhana, jika sistem keamanan berjalan baik, dengan paket data Panama Papers yang sebesar 2.6 terabyte, jika itu dicuri dengan berbagai sistem pengamanan yang aktif, pasti akan ketahuan dan bisa dihentikan di awal atau pada saat baru beberapa megabyte diambil.
"Ini berarti sistem keamanan di perusahaan yang dibobol tidak aman," sesalnya. (rou/fyk)