Media Japan Times menyatakan kalau Rakuten kesulitan menghadapi kompetisi bisnis online yang sangat ketat di kawasan Asia Tenggara. Baik pemain asing ataupun lokal memang sangat agresif di wilayah ini, sebagian didukung investasi dana besar.
"Rakuten kesulitan di Asia Tenggara melawan kompetitor seperti Lazada dari Jerman dan telah menyimpulkan kalau mereka tidak bisa lagi mengharapkan pertumbuhan lebih lanjut di kawasan itu," tulis Japan Times.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya, Rakuten menyebut kalau strategi menutup toko online itu adalah bagian perubahan strateginya dari model bisnis business-to-business-to-customer (B2B2C) menjadi customer-to-customer, (C2C). Ini sesuai dengan tren yang terjadi di Asia Tenggara.
"Di Asia Tenggara, di saat pasar itu sendiri berubah dan beradaptasi, kami bergerak ke arah model bisnis C2C dan mobile untuk e-commerce dan bisnis yang lain," kata juru bicara Rakuten yang detikINET kutip dari Channel News Asia.
Rakuten tidak sepenuhnya meninggalkan pasar Asia Tenggara meski telah menutup toko online-nya. Mereka masih tetap mengoperasikan kantor di Singapura untuk mengendalikan bisnis lainnya. (fyk/ash)