Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Rambah Bogor, C-Gen Ikut Bangun Smart City

Rambah Bogor, C-Gen Ikut Bangun Smart City


Rachmatunnisa - detikInet

Foto: dok. C-Gen/detikINET
Jakarta - Banyak yang meragukan Bogor bisa menerapkan konsep smart city atau kota cerdas. Pasalnya kesadaran tertib masih belum mengakar di masyarakat.

Isu ini disampaikan Walikota Bogor Bima Arya dalam diskusi bertajuk Ngobrol Santai Smart People for Smart City Bogor di Balaikota Bogor, pekan ini.

"Menurut saya logikanya harus kita balik, bagaimana teknologi itu bisa membangun kultur yang cerdas. Nah kehadiran banyak komunitas, termasuk C-Generation di Bogor membuat saya semakin optimistis kita lebih cepat menuju smart city," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suami dari Yane Ardian ini mengungkapkan, Bogor saat ini sedang mengembangkan web 'Eksotik Bogor'. Di web ini, akan disajikan informasi detail dan cepat mengenai Bogor.

"Teknologi telah melahirkan partisipasi, transparansi dan efisiensi dalam menata Bogor menjadi kota cerdas, teknologi memberi setiap orang kekuatan, itu yang saya rasakan di Bogor," sebutnya.

Pembicara lainnya, Profesor Suhono Suharso Supangkat yang merupakan pembina C-Generation (C-Gen) mengatakan, C-Gen mengusung nilai connected, creative, collaborative, dan character yang diperlukan untuk membangun sebuah kota cerdas.



C-Gen sendiri adalah komunitas anak muda yang peduli, terutama di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Komunitas ini memperlihatkan bagaimana pemanfaatan TIK membuka kesempatan luas bagi kalangan muda untuk berkarya.

"Gaul tidak mesti amburadul, itu semboyan C-Gen. Pengaruh negatif dari teknologi pasti ada, namun bukan berarti tidak bisa dikelola. SDM Indonesia bagus, yang perlu terus disempurnakan adalah pengelolaannya," ujar pria yang juga penggiat smart city ini.

Pendapat senada disampaikan Hariqo Wibawa Satria, pembina relawan komunitas 'Bogoh Ka Bogor'. Menurut Hariqo, masalah di perkotaan bukan hanya kemacetan, bukan semata penataan pedagang, tetapi juga semakin pudarnya jiwa relawan dari anak-anak muda.

"Smart city itu partisipasi, bukan instruksi, smart city tidak saja dilihat dari keaktifan kepala daerah di media sosial, tetapi dari kepedulian warganya di media sosial dan dunia nyata, kota cerdas adalah yang banyak partisipasi warganya," kata Hariqo.

"Kalau Surabaya adalah Kota Pahlawan, maka kita sedang bekerja menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Relawan, yaitu kota yang warganya menolong sesama tanpa pamrih, nilai-nilai ini harus ditanamkan sejak anak-anak kecil, caranya dengan meminta waktu anak-anak melakukan kerja sosial selama 30 menit atau 1 jam dari waktu yang tersedia 24 jam sehari," tutupnya. (rns/rou)
TAGS





Hide Ads