Smartphone alias ponsel cerdas sudah jadi gadget yang sulit ditinggalkan. Namun sedikit pertanyaan dasar, apakah Anda sudah menggunakan smartphone secara cerdas pula?
Dimitri Mahayana, Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Bandung, memperkirakan tren TIK 2016 yang bertumpu makin kuatnya pengaruh ponsel cerdas terutama yang berbasis Android harus tetap diimbangi sikap yang benar.
Maksudnya, kata dia, terlepas berbagai pengaruh dahsyatnya dalam berbagai hal. Faktanya, juga banyak efek negatif yang muncul dari penggunaan gawai dan aplikasi cerdas tersebut.
βYang pertama, dan semua dari kita mungkin mengalaminya adalah mendekatkan yang jauh sekaligus menjauhkan yang dekat. Jika terus dibiarkan dapat berdampak mengurangi empati, bukannya menolong yang kecelakaan, kita malah foto dan update status,β kata Dimitri dalam keterangan yang diterima detikINET, Sabtu (26/12/2015).
Efek negatif lainnya antara lain sulit menjaga kerahasiaan data di perusahaan atau institusi karena prinsip kerja bring your own device (BYOD), sehingga dengan sendirinya privasi kita tahun depan akan lebih rendah, terutama jika gadget tidak dikelola dengan baik.
βKita juga hadapi konten negatif yang membahayakan bangsa akan lebih mudah diakses tahun depan. Baik prostitusi online, pornografi, judi online, radikalisme, terorisme, dan banyak lagi,β sambung pria lulusan Waseda University, Jepang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatannya pun mencapai 59%, atau lebih besar dibanding regular user (di bawah 16x penggunaan aplikasi per hari) dan super user (antara 16x s.d 60x penggunaan aplikasi per hari) yaitu 59% dari tahun 2014 lalu.
Sementara kategori aplikasi yang paling sering digunakan para mobile addicts ini adalah messaging & social dengan over-index mencapai 556% atau penggunaan 6 kali per hari. (ash/ash)