Di balik mimpi-mimpi indah yang ditawarkan oleh para raksasa teknologi dunia melalui Internet of Things (IoT) masih ada sejumlah rintangan besar yang membuat laju perkembangannya belum terlalu pesat saat ini.
Menurut Vice President of Infrastructure & Digital Solutions Marketing Cisco, Inbar Lasser-Raab, setidaknya ada tiga kendala yang masih mengganjal dalam penerapan IoT, yakni masalah interoperabilitas, keamanan, dan inovasi.
"Interoperabilitas atau kemampuan untuk saling terhubung menjadi tantangan terbesar saat ini," ujarnya di sela IoT World Forum 2015 yang ikut dihadiri detikINET di Dubai, Uni Emirat Arab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permasalahan kedua adalah soal keamanan. Implementasi IoT akan percuma kalau masih diliputi kekhawatiran rasa tidak aman seperti adanya teror serangan siber, aksi peretasan atau pembobolan, dan masih banyak lagi isu keamanan lainnya.
Apalagi, IoT sangat terkait dengan data analitik raksasa yang rentan disalahgunakan. Untuk menutup celah keamanan yang mungkin muncul karena makin banyaknya perangkat yang terhubung ke internet, Cisco makin memperketat perlindungan di jaringan aktif serta memasang lebih banyak sensor.
Kemudian rintangan yang ketiga adalah masalah inovasi. Kunci sukses dari IoT ini adalah inovasi yang disruptif, inovasi yang bisa mengubah tatanan industri lama menjadi lebih baik lagi. Misalnya, seperti Uber, AirBnb, dan Amazon serta Alibaba.
"Semua hal tentang IoT ini bermula dari mimpi. Mimpi indah untuk membuat manusia semakin happy. Jadi perlu disruptive innovation, berpikir apa lagi yang mungkin untuk diwujudkan, berani berimajinasi," kata Inbar.
Untuk mendorong inovasi ini, salah satu caranya dilakukan melalui IoT World Forum 2015 yang tengah berlangsung saat ini. Di dalam ajang ini, Cisco menyatakan siap bekerja sama dengan pengembang teknologi lainnya untuk mengatasi tantangan ini bersama-sama dan mengadopsinya dalam infrastruktur pendukung IoT.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, President of Smart+Connected Communities Cisco, Anil Menon, menilai ada empat rintangan atau barrier terbesar untuk akselarasi IoT, yakni budaya perusahaan (business culture), standardisasi, regulasi, dan wadah sumber daya manusianya (talent pool)
Menurutnya, untuk menyukseskan IoT perlu kerjasama multisektoral. Kerja sama antara publik, swasta, akademisi, LSM, pemerintah lokal dan dukungan internasional.
Selain itu, IoT harus punya standardisasi agar punya 'bahasa' dan pemahaman yang sama di lintas industri. Dan dari sisi regulasi harus mereformasi aturan birokrasi yang belum menyentuh tatanan digital.
Menon mengatakan, saat ini pendapatan global dari IoT meningkat lebih dari 18%. Dari USD 655,8 miliar di 2014 menjadi USD 779,9 miliar di akhir 2015 ini. Sementara nilai bisnis IoT di sektor publik global telah mencapai USD 4,6 triliun dan jika digabungkan sektor swasta senilai USD 14,4 triliun maka akan mencapai nilai sebesar USD 19 triliun hingga 2022.
(rou/rns)