Gookkis Studio dan tim dari Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), keluar sebagai pemenang Internet of Things (IoT) Challenge. Keduanya sukses memikat para juri kompetisi yang digelar Dicoding dengan dukungan Intel Indonesia dan Geeknesia ini.
Gookkis Studio membuat prototipe sistem deteksi dini 'Waspada Banjir' dan tim dari PENS menciptakan robot pengendali stop kontak listrik NitBotIoT. Keduanya sama-sama unik, dan sesuai dengan tema yang dilombakan dalam IoT Innovation Challenge yakni 'smart building, smart home, smart transportation'.
Adapun kriteria utama pemenang dilihat dari keunikan solusi yang dibuat dan manfaatnya bagi masyarakat. Mengangkat pentingnya sistem deteksi dini (early warning system) untuk masalah banjir, Gookkis Studio dan PENS pun dengan memudah memikat para juri melalui solusi yang mereka ciptakan.
Perangkat keras yang digunakan untuk mengembangkan prototipe terdiri dari hardware development board Intel galileo gen 1, sensor air, LCD 16x2, LED warna, dan router.
Cara kerja sistem ini adalah dengan membaca tiga buah sensor air yang masing-masing sensor tersebut mengindikasikan tingkat ketinggian air yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Data yang diperoleh dari sensor-sensor tersebut akan ditampilkan dalam LCD dan sekaligus juga dikirimkan ke server Geeknesia dan Parse.com untuk kemudian menampilkan peringatan melalui push notification pada aplikasi Android Waspada Banjir.
"Meski masih dalam tahap awal, Waspada Banjir memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi layanan menyeluruh dengan kemampuannya melakukan pendataan tren ketinggian air setiap saat sehingga dapat memberikan analisis maupun perkiraan kapan akan datangnya banjir," ungkap CEO Gookkis Studio Heri Kiswanto.
"Dengan solusi ini kami berharap dapat meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat dan memastikan respons cepat tanggap yang efektif dari berbagai pihak," sambungnya.
Sementara NitBotIoT yang juga masih dalam tahap prototipe, juga bermanfaat di kala musim hujan dan banjir. Ide mengembangkan robot ini bermula dari masalah sederhana yang sering dihadapi masyarakat perkotaan, yakni lupa memutus sambungan listrik perangkat elektronik.
Efek yang ditimbulkan dari kelalaian ini tak sekedar sekadar pemborosan konsumsi listrik, tetapi bisa menyebabkan bencana kebakaran melalui hubungan arus pendek (korsleting).
Melihat masalah ini, Niam Tamami dan rekan satu timnya kemudian terpikir membuat solusi melalui pengendali stop kontak listrik berbasis teknologi IoT. Prototipe pengendali stop kontak ini menggunakan Development Board Intel Galileo Gen 2, sensor suhu kelembaban DHT11 dan Board Relay sebagai pengendali arus listrik.
Prinsip kerja Relay yang digunakan adalah Relay berbasis magnet. Jika relay mendapatkan arus (kecil) maka kumparan akan membentuk medan magnet dan akhirnya bisa mengarahkan posisi saklar on ke off.
"Kami berharap NitBotIoT dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas untuk membantu mengendalikan pemakaian listrik sehingga bisa lebih hemat, aman, dan efisien," tutur Niam yang juga pengajar di Jurusan Elektro PENS.
Di dunia teknologi informasi saat ini, koneksi internet memang tak lagi hanya terbatas pada komputer dan smartphone, tetapi juga dapat disambungkan dengan berbagai jenis benda lainnya, mulai dari mobil, TV, mesin industri, sensor, hingga implant yang digunakan untuk memantau denyut jantung seseorang dan masih banyak lagi. Inilah yang disebut IoT.
"Melihat pentingnya bagi penggiat-penggiat TI untuk menguasai teknologi IoT, maka kami mengajak para developers dan makers di tanah air untuk membuat solusi inovasi berbasis IoT yang dapat digunakan untuk membantu kehidupan masyarakat," ujar Co-Founder Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono.
Total hadiah yang diperebutkan peserta IoT Innovation Challenge adalah 20.000 XP dari Dicoding. XP merupakan experience points Dicoding yang menggunakan gamification model untuk menciptakan lingkungan menyenangkan bagi pengembang sehingga dapat membuat produk yang sukses di pasar.
Ketika berhasil menyelesaikan satu tantangan di Dicoding, developer akan memperoleh poin XP (experience points) yang dapat ditukarkan dengan berbagai rewards, seperti smartphone, laptop, review aplikasi, dan hadiah-hadiah lainnya.
"Kedua solusi berbasis Intel Galileo development board tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk laik jual yang siap dipasarkan untuk Indonesia. Kami bangga bisa turut mendukung inovasi IoT teknopreneur-teknopreneur seperti Pak Niam dan Pak Heri dalam mengembangkan ide unggul mereka," kata CEO Geeknesia Martin Kurnadi