Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Industri Digital Indonesia bakal Keempat Terbesar di Dunia

Industri Digital Indonesia bakal Keempat Terbesar di Dunia


Rachmatunnisa - detikInet

Narenda Wicaksono (nisa/detikINET)
Jakarta -

Indonesia merupakan pasar sangat potensial bagi industri digital. Potensi ini antara lain disumbang oleh pesatnya pertumbuhan penetrasi smartphone.

"Secara peluang, Indonesia seksi banget. Ini yang menyebabkan banyak investor berebut masuk Indonesia. Tahun 2020 kita diprediksi bakal jadi keempat terbesar di dunia," kata CEO Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono, saat berbicara di Mobile Scale Up Conference, Kamis (5/11/201) di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta.

Mengutip data GSMA Research dan eMarketeer, pria yang akrab disapa Naren ini menyebutkan, prediksi pertumbuhan penetrasi smartphone di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara semua negara-negara Asia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, pengguna perangkat mobile Indonesia berada di angka 52,2 juta orang. Pada 2020 nanti, diperkirakan jumlahnya akan bertambah hingga lebih dari 100 juta orang.

"Dengan melihat pasar internet mobile ini menentukan seberapa effort kita mendapatkan persentase di pasar. Apa yang harus dilakukan," ujar Naren.

Sayangnya dengan potensi demikian besar, kontribusi developer lokal masih belum signifikan dibandingkan developer dari luar negeri.

Hal ini salah satunya terlihat dari belum banyaknya aplikasi developer lokal yang bertengger di jajaran 'Top Apps' berbayar di toko aplikasi, kebanyakan berada di 'Top Free'.

"Selain itu, jumlah developer tidak sebanding dengan pertumbuhan aplikasi. Banyak yang mengaku developer tapi aplikasi yang dihasilkan belum banyak," ungkap ayah dua anak ini.

Berdasarkan riset Dicoding, dari 500 ribu developer yang ada di Indonesia saat ini, yang memiliki kemampuan membuat produk TI baru 5-6%.

Melihat fakta ini, Naren pun mendorong para developer untuk lebih giat menghasilkan aplikasi yang punya nilai jual. Naren mengingatkan agar developer memperhatikan sejumlah catatan penting.

Pertama, kualitas aplikasi. Penilaian yang tinggi dari sebuah aplikasi memperbesar kemungkinan dibahas di sebuah toko aplikasi. Untuk bisa mencapai itu, developer harus berupaya membuat aplikasinya layak mendapat rating minimal 4,5 bintang.

Kedua, pre-load aplikasi sehingga sudah ada di perangkat yang baru dibeli dan user tidak perlu download. Caranya, bekerjasama dengan produsen hardware, situs populer dan media, untuk memperbesar kemungkinan sebuah aplikasi dapat ditemukan oleh pengguna (discoverability).

Ketiga, konsumen terbesar aplikasi adalah generasi millenial. Mereka yang lahir dan tumbuh di era internet ini, lebih menyukai alur cerita dalam sebuah aplikasi, sehingga perlu diperhatikan seleranya.

Sebagai tambahan, Naren juga memberikan catatan bagi para regulator. Mengingat besarnya potensi ini, diperlukan peran para regulator untuk mendorong kampus-kampus menghasilkan developer terlatih. Regulator juga diharapkan campur tangannya dalam mengatur distribusi konten.

Catatan lainnya ditujukan Naren kepada para investor. Mereka diharuskan memahami pasar mobile di Indonesia dan memenangkan hati para penggunanya.

Di sisi lain, mereka juga harus jeli melihat developer berbakat yang bisa memberikan peluang besar. Terakhir, jika sudah tertarik pada satu developer, maka investasi perlu diberikan sejak tahap awal.

(rns/fyk)





Hide Ads