Di Sydstart, konferensi startup terbesar di Australia, tiga startup dengan konsep yang berbeda berbagi pengalamannya di depan 2.000 peserta. Achmad Zaky mewakili e-commerce berkonsep C2C marketplace. Diajeng Lestari bergerak di bisnis e-commerce fashion bagi muslimah, sementara Ainun Najib mewakili startup yang telah banyak menciptakan produk yang bermanfaat bagi pemerintahan.
"Di Indonesia teknologi informasi sudah membantu negeri misalnya lewat Kawalpemilu, Kawalapbd, sampai Kawalpresiden, platform untuk lapor kepada presiden. Tapi karena presidennya satu, kita sortir tiap lapor itu lima issue kepada presiden." kata Ainun di sela-sela Sydstart, Jumat (30/10/2015) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, startup sudah berkontribusi membantu negeri. Padahal jika dibandingkan dengan Indonesia kondisi startup di Australia lebih baik. "Di sini (Australia), pemerintah sudah embrace startup. Ada yang namanya goverment grant yang nilainya sampai dengan AUD 2 juta. Itu bisa didapat startup yang kayak apa saja. Di beberapa kota seperti Melbourne misalnya juga sudah sangat support startup," ujar Willix Halim, VP Growth Freelancer.com.
Berbeda dengan Australia, peran pemerintah Indonesia belum sampai tahap menjadi investor. "Di Cina, pension fund warga dipakai pemerintah untuk investasi ke startup. Di sini kan nggak mungkin. Yang paling memungkinkan pemerintah liberalisasi saja," komentar Zaky. "Jadi pemerintah beri insentif bagi investor dari luar negeri,sekarang nggak ada insentif itu," paparnya.
Ditambahkan oleh Diajeng, dukungan pemerintah akan membantu startup lokal menguasai market Indonesia. "Dengan kondisi sekarang saja anak muda Indonesia lebih kreatif, apalagi kalau di-support pemerintah. Startup itu masa depan bangsa, kami bantu pemerintah agar Indonesia tidak hanya menjadi market yang diambil perusahaan asing tapi bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri. Oleh karena itu kami harus dibantu bukan malah dihambat," ungkap founder HijUp.com ini.
Beberapa waktu yang lalu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara juga mengakui bahwa saat ini, pemerintah Indonesia belum bisa bergerak selincah negara tetangga dalam hal memberikan dukungan untuk startup. Sejauh ini, pendanaan startup di Tanah Air masih berasal dari swasta.
"Pemerintah Singapura mendukung startup. Kemudian kalau di Brunei, mereka menawarkan 50.000 dolar Brunei atau sekitar Rp 490 juta untuk startup. Tapi kita juga tidak tinggal diam, kita sedang bikin 30 inisiatif untuk mendorong ekonomi digital," ujar pria yang akrab disapa Chief RA itu waktu itu. Di bawah kepemimpinan Rudiantara, Kemkominfo memiliki target pembentukan seribu teknopreneur nasional pada tahun 2020.
(mel/fyk)