Tercatat 70 tim ambil bagian dalam kompetisi Hackathon Merdeka 2.0 untuk area kota Bandung. Mereka berlomba-lomba membuat aplikasi terkait data kependudukan dan evakuasi korban bencana asap.
Dari sekian banyak peserta, terdapat salah satu tim yang siap merancang aplikasi khusus mendeteksi korban asap. Tim Burayot ini terdiri tiga anak muda. Mereka yaitu Rini Syakinah (20), Riyandika Andhi (25) dan Mochammad Taufiq (27).
"Nama aplikasinya 'Alana' atau Aplikasi Laporan Bencana," ucap Rini di lokasi kompetisi Hackathon Merdeka 2.0, Gedung IDeC Telkom, Jalan Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aplikasi yang kita konsep ini berbasis pesan singkat atau SMS. Ilustrasinya, misalnya di satu daerah (bencana asap), warga tinggal SMS menggunakan handphone soal berapa jumlah korban yang harus dievakuasi serta di mana tempat tinggalnya. Atau warga melaporkan adanya balita yang terkena ISPA" kata Riyandika.
Setelah SMS diterima operator, sambung Riyandika, aplikasi Alana berfungsi mengetahui koordinat daerah yang meminta pertolongan. Manfaatnya memudahkan para penyelamat menemukan tempat dan menentukan cara bertindak. "Nah, nantinya pihak-pihak terkait langsung bergerak sesuai dengan titik lokasi," ujar Riyandika.
Taufiq memperjelas soal siapa pengguna aplikasi tersebut. "Ada masyarakat, relawan dan pemerintah pusat. Terpikirnya, nanti ada operator yang mengendalikan setiap laporan SMS yang masuk," tutur Taufiq.
Kenapa skema pelaporannya memanfaatkan layanan pesan singkat? "SMS ini enggak perlu jaringan internet dan pulsa data. Sebab di daerah-daerah kan masih banyak warga menggunakan handphone biasa atau bukan smartphone," Taufiq memaparkan.
Ketiga anak muda Bandung yang bekerja di bidang software development ini memilih merancang aplikasi yang bermanfaat saat terjadinya bencana asap di Indonesia. "Alasan kami membuat aplikasi tersebut karena lebih urgent," tutup Taufiq.
(bbn/ash)











































