Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Kolom Telematika
Mengukur Bandwidth di Desa Broadband
Kolom Telematika

Mengukur Bandwidth di Desa Broadband


Penulis: Gumilar Satriawan - detikInet

Gumilar Satriawan. (dok. pribadi)
Jakarta - Broadband adalah istilah kata yang sering kita baca dan perdengarkan dalam berbagai kesempatan yang berhubungan dengan teknologi informasi dan dunia telekomunikasi. Istilah broadband ini lebih ICT minded karena terkait dua kata yang artinya pita lebar, ada juga istilah narrow band yaitu pita sempit dan bandwidth (lebar pita).

Broadband menunjukan lebar pita jalur data dalam sebuah kanal frekuensi pada media transmisi dalam proses komunikasi antara dua titik atau lebih, dengan pita lebar maka jalur data akan semakin besar sehingga cukup banyak data yang bisa di transfer dari sumber ke tujuan pada media transmisi tertentu.

Media transmisi yang bisa digunakan adalah bisa udara, kabel atau fiber optik. Untuk mengukur kecepatan akses data biasanya kita mendengar adalah bandwidth (lebar pita), ketika kita membeli layanan internet maka kita akan menerima informasi berapa kecepatan akses data yang dimiliki oleh penyedia layanan internet tersebut, yang biasanya tergantung dari teknologi yang digunakan bisa GPRS (ratusan Kbps), 3G (Mbps), fiber optik (Mbps atau Gbps) atau 4G yang telah rilis oleh operator telekomunikasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Internet broadband merupakan teknologi transfer data yang bisa membawa informasi berupa teks, suara dan video secara berbarengan dalam jumlah besar dari sumber ke tujuan sehingga proses komunikasi kedua arah tersebut berjalan lancar tanpa hambatan. Dengan demikian maka Indonesia akan bebas dari internet lemot dan video buffering yang kadang sering kita temui di berbagai kesempatan dalam berselancar atau menonton video streaming.

Setelah internet kita berkecepatan tinggi maka berbagai layanan bisa kita peroleh di internet dengan mudah dan lancar, proses pertukaran data dan komunikasi kedinasan antar instansi baik pemerintah maupun swasta lebih terjadwal dengan baik dan yang paling penting adalah dengan Indonesia telah memiliki internet broadband maka akan dapat sebanyak-banyaknya menampung pengguna Internet. Hal ini akan secara signifikan memultipikasi pengguna internet Indonesia beberapa kali lipat dari angka sebelumnya di angka 70 juta pengguna tahun 2014.

Desa Broadband

Isu pemerataan pembangunan dan digital divide menjadi fokus tersendiri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), apalagi Indonesia sempat ramai di media sosial dengan internet yang lemot. Didukung oleh program Nawacita pemerintahan Jokowi-Jk untuk memprioritaskan desa terluar Indonesia, maka Kementerian Kominfo meluncurkan program Desa Broadband Terpadu yang terdiri dari berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur Palapa Ring ke pulau terluar dan BTS di desa lokasi prioritas tersebut.

Untuk mengisi kontennya, Kominfo juga meluncurkan web portal broadband.desa.id dengan berbagai fitur yang dimiliki telah siap memberikan informasi berbasis komunal kepada masyarakat terluar Indonesia. Informasi dalam web site portal ini dihimpun dari berbagai sumber yang akurat untuk memberikan informasi sesuai ekosistem seperti cuaca, tinggi gelombang dan potensi bahaya tsunami untuk ekosistem kelautan yaitu para nelayan dan penduduk sekitar pantai.

Informasi seputar pertanian untuk para komunitas petani dan informasi kehutanan untuk para penduduk yang bekerja dan berdomisili di area perhutanan. Selain itu web site portal broadband juga menyediakan informasi aktual yang berasal dari para pengembang startup mulai dari kelautan, kehutanan, peternakan,pertanian, pendidikan, hiburan dan informasi umum lainnya.

Secara spesifik bisa dikatakan bahwa web site portal broadband.desa.id adalah aplikasi yang dibangun Kominfo sebagai wadah pengumpulan informasi dari para stakeholder dan pengembang startup Indonesia yang berisi aplikasi ekosistem dan umum bersifat komunal bagi penduduk Desa Lokasi Prioritas.

Pengumpulan aplikasi dalam sebuah web portal adalah penting bagi masyarakat untuk mempermudah akses informasi yang diperlukan mengingat begitu banyak nya aplikasi berbasis web yang tidak di klasifikasikan dan terhimpun dalam sebuah web portal dimana mereka berjalan sendiri-sendiri tanpa ada pemersatu dalam sebuah wadah layanan.

Ide pembentukan web site portal broadband.desa.id memang cukup spektakuler dimana masing-masing pengembang , Pemerintah dan pengguna melakukan mutualisme simbiosis. Pemerintah dalam hal ini Kominfo bisa melaksakanan tupoksinya sementara para pengembang startup lebih bisa memasarkan produk aplikasinya ke seluruh Indonesia secara gratis.

Tentunya yang paling diuntungkan adalah pengguna yaitu masyarakat penduduk terluar yang dapat menikmati berbagai layanan informasi dan aplikasi untuk meningkatkan pengetahuan dan untuk sebagai alat bantu pekerjaan sehari-harinya.

Program Desa Broadband Terpadu Kominfo ini bernilai strategis karena diperuntukan bagi desa terdepan Indonesia yang merupakan muka Indonesia di depan yang selama ini penduduk tidak mendapatkan informasi secara utuh mengenai Indonesia, kini dengan program desa broadband masyarakat akan dengan mudah melakukan akses keberbagai sumber informasi dan layanan aplikasi hanya dengan masuk se satu situs broadband.desa.id. Penulis melakukan analisis web site broadband.desa.id untuk melihat konfigurasinya yaitu sebagai berikut.
Β 


Kebijakan Kementerian Kominfo di era Presiden Jokowi ini termasuk fenomenal karena lebih membuka diri dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pengembang baik skala lokal maupun nasional untuk bisa berkontribusi dalam pengembangan aplikasi bersifat komunal (umum). Dengan keterlibatan para stakeholder ini akan memberikan sebuah konsiderasi kebijakan yang berpihak kepada masyarakat.

Selain itu program Desa broadband terpadu Kementerian Kominfo ini merupakan sinergitas dari program 50 Desa Prioritas untuk seluruh kementerian teknis terkait yang telah masuk Renstra 2015-2019 yang merupakan implementasi dari Nawacita Jokowi-Jk yaitu "Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan".

Lima puluh Desa prioritas adalah sejumlah desa yang memiliki kriteria 3T (terluar, terdepan dan tertinggal) dimana terluar artinya berada di perbatasan langsung dengan luar negeri, terdepan artinya menjadi muka langsung NKRI, tertinggal yang artinya mempunyai keterbatasan dari sisi infrastruktur Desa dan teknologi. Kementerian Kominfo telah dan sedang melakukan sesuai tupoksi (tugas pokok fungsi) yaitu menyediakan sarana dan prasarana infrastruktur Telekomunikasi dan Informasi.

Tolak Ukur Keberhasilan

Setiap program pemerintah bergulir bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar lebih sejahtera dan hidup lebih mudah, dengan meningkatnya kesejahteraan maka indeks pendidikan akan meningkat. Demikian pula progaram Desa Broadband Terpadu Kementerian Kominfo ini tentunya diharapkan berdampak cepat kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, namun faktanya memang ada program yang berdampak cepat dan lambat tergantung dari materi program yang dilakukan dan strategi pelaksanaan program itu sendiri.

Program infrastruktur akan berdampak langsung terhadap masyarakat karena terkait pembangunan fisik seperti jalan, pembangkit listrik, pasar dan sebagainya. Dalam pembangunan infrastruktur broadband ini yang terdiri dari infrastruktur sarana dan prasana telekomunikasi dan informasi mempunyai imbas ke berbagai arah, mulai dari sosial budaya , ekonomi dan sumber daya manusia.

Penjabaran yang panjang untuk membahas ketiga dampak tersebut, namun penulis dalam tulisan ini hanya akan melakukan analisis terhadap parameter tolak ukur keberhasilan yang memang penulis yakini tidak akan cepat dalam 1-2 bulan tetapi meyakini bahwa dampak pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi broadband ini akan signifikan pada desa terluar tersebut setelah 1-2 tahun berjalan.

Penulis sadari dampak pembangunan ini tidak secepat di perkotaan yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi, tapi setidaknya di desa pun akan sama dengan pendampingan yang intensif dan berkelanjutan (sustainable). Penulis menyebut bahwa kunci keberhasilan dari program ini ada tiga, yaitu materi program, peran serta masyarakat dan program pendampingan.

Materi program adalah berupa sistem desa broadband yaitu perangkat keras dan perangkat lunak (aplikasi) yang di implemetasikan untuk desa broadband tersebut. Materi perangkat keras terdiri dari perangkat telekomunikasi agar masyarakat (pengguna) bisa melakukan akses ke internet dengan lancar, sedangkan perangkat lunak adalah aplikasi yang diakses untuk dimanfaatkan oleh pengguna di desa tersebut dalam hal ini web site portal yang telah disediakan yaitu broadband.desa.id.

Penulis menyoroti di perangkat lunak bahwa aplikasi tersebut harus dengan semudah-mudahnya bisa diakses oleh masyarakat desa yang paling awam sekalipun. Hal ini akan mempermudah untk penguasaan awal untuk ke jenjang lebih familiar. Sedangkan pendampingan adalah suatu delegasi kementerian Kominfo baik perseorangan maupun kelompok yang ditugasi untuk melakukan pendampingan masyarakat desa broadband.

Pendampingan masyarakat dalam bentuk community fasilitator ( CF ) seperti halnya dalam bidang pertanian ada PPL (petugas penyuluh lapangan) yang memberikan penyuluhan, pendampingan, motivasi kepada masyarakat, CF adalah delegasi pemerintah bisa dalam bentuk konsultan atau perseorangan yang bertugas untuk mendorong, menggerakkan, katalisator, motivator, tutor bagi masyarakat pedesaan agar bisa mengerti, mengoperasikan dan mendayagunakan perangkat dan sistem teknologi informasi tersebut sehingga bisa menambah dan membantu masyarakat itu sendiri baik secara kelompok maupun secara perorangan dalam mendukung kegiatan usaha dan bisnisnya di desa tersebut.

Community Fasilitator ini merupakan ujung tombak keberhasilan program desa Broadband ini apakah bisa berdampak cepat atau lambat bagi masyarakat karena selain memberi motivasi juga memberikan edukasi terhadap pengoperasian dan manfaat teknologi Informasi tersebut artinya masyarakat tidak perlu mencari atau meluangkan waktu khusus untuk kursus Internet melainkan tugas para CF ini yang membantu.

Seperti halnya di perkotaan yang padat akan perputaran ekonomi dan bisnis ditunjang masyarakat lebih berpendidikan tinggi maka secara linier akan meningkat kebutuhan akan koneksi internetnya. Di desa pun demikian, dengan proses pendampingan secara intensif dan masif secara berkelanjutan maka dampak nya akan cepat terasa dimana masyarakat desa mulai dari membiasakan melakukan korenpondesi melalui email dengan para kerabat maupun relasinya yang jauh, mencari informasi di mesin pencari, mempunyai akun di media sosial sampai mempunyai web site sendiri untuk mendukung usaha dan bisnisnya.

Tentunya secara ekonomi akan mulai terlihat dari adanya pesanan barang dari luar ke Desa tersebut hanya dengan menjajakan barang lewat internet tersebut. Pada akhirnya adalah terlihat perubahan ekonomi dengan bertambahnya bangunan rumah baru , pasar kian ramai dan penduduk lebih nyaman tinggal di desa karena merasa kebutuhan dasar mereka terpenuhi dengan usaha mandiri di desa mereka.

Dari aspek kedaulatan negara tentunya Indonesia akan lebih berwibawa dengan banyaknya orang-orang berpotensi dan cerdas di daerah desa oerbatasan terluar sehingga dapat mengurangi penyelundupan TKI keluar Negeri karena Negeri Indonesia sudah mampu memberikan tempat untuk bisa berusaha dan hidup yang layak di negeri sendiri.


*) Penulis, Gumilar Satriawan merupakan pemerhati teknologi telekomunikasi dan informasi nasional yang tinggal di Bandung.

(ash/ash)





Hide Ads