Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Cerita Mereka yang Alergi WiFi

Cerita Mereka yang Alergi WiFi


Nurvita Indarini - detikInet

Stefanie Russell (salah satu penderita alergi WiFi)/Foto: Brighton Argus
Jakarta -

Rasanya aneh ada orang yang menyebut dirinya alergi WiFi (Wireless Fidelity). Tapi beberapa orang memang mengaku mengalami kondisi tidak mengenakkan jika berada di area ber-WiFi. Siapa saja mereka? Berikut ini kisahnya seperti dikutip dari berbagai sumber dan ditulis pada Selasa (8/9/2015).

1. Sarah Dacre

Pada 2007 silam, dikabarkan ada seorang perempuan asal Inggris yang mengaku alergi terhadap radiasi gelombang elektromagnetik. Menurut Dacre, hal pertama yang paling membuatnya rentan alergi adalah router WiFi, lalu ponsel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelagat alergi dirasakannya sejak sekitar tahun 2002. Ketika itu dia masih sangat sibuk dengan berbagai kegiatan. Saat merasakan gejalanya, dia menyangka itu rasa pusing biasa karena kelelahan. Tapi ternyata ia mengidap electro-magnetic radiation (EMR).

Pengidap EMR bisa mengalami kerontokan rambut, rasa sakit, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan dan ingatan, serta sakit kepala dan pusing.

Untuk melindungi diri, Dare mengecat dinding rumahnya dengan cat magnolia. Sebelum dicat, dinding rumah dilapisi dengan lembaran timah. Jendelanya pun berlapis jaring perak. Sementara jika bepergian, ia selalu mengenakan penutup kepala khusus berwarna perak serta jaring yang menutupi wajah dan leher.

2. Stefanie Russell

Stefanie Russell, nenek berusia 73 tahun dari Inggris ini mengaku menderita dengan kehadiran sinyal seluler atau WiFi di rumahnya. Sebab sinyal itu akan membuatnya sakit kepala hingga mual.

Meskipun dokter belum memberikan diagnosis untuknya, namun Russell sudah menghabiskan 4.000 poundsterling untuk mengecat rumahnya secara khusus. Tak hanya satu, tetapi cat khusus yang digunakan di rumahnya mencapai empat lapis sebagai penangkal sinyal.

3. Martine Richard

Martine Richard begitu menderita jika ada sinyal WiFi di sekitarnya. Sinyal WiFi membuatnya menderita sakit kepala, mual dan pusing selama bertahun-tahun. Dia bahkan harus pindah ke peternakan di pedesaan yang tidak ada koneksi internet.

Atas apa yang dialaminya, Martine mengajukan gugatan ke pengadilan. Pengadilan memenangkan kasusnya, sehingga pemerintah harus memberikan sekitar Rp 12 juta kepadanya.

Alergi WiFi atau yang juga dikenal dengan Electromagnetic Hypersensitivity Intolerance Syndrome (EHS) sering disebut sebenarnya tidak ada. Namun kondisi Martine dianggap sebagai kecacatan oleh pemerintah, sehingga dia mendapat semacam ganti rugi.

4. Mary Coales

Mary Coales mengaku sakit jika terkena radiasi dari alat elektronik. Perempuan 64 tahun lulusan Cambridge University ini kerap merasakan sakit tak tertahankan di area mulut ketika terpapar sinyal elektronik.

Dengan banyaknya orang yang membawa telepon genggam serta tempat yang memasang WiFi, Mary pun merasa sangat tersiksa. Ia jadi tak bisa pergi ke sembarang tempat selain ke rumah teman yang WiFi-nya bisa dimatikan. Kondisi ini dialaminya sejak 2012 lalu.

Ternyata ia mengalami Electromagnetic Hypersensitivity intolerance Syndrome (EHS). Untuk melindungi dari dari WiFi serta sinyal yang membahayakan, Mary menggunakan sebuah atasan yang terbuat dari kain tipis berwarna silver serta material polyamide. Busana itu ia namakan Aaronia Shield.

Karena bajunya yang tak biasa, Mary kerap mendapat tatapan aneh. Tapi bagaimana lagi, mau tak mau dia harus memakai baju itu demi bisa bertahan dari sinyal WiFi.

(jsn/ash)





Hide Ads