Kisah bermula ketika remaja yang hanya diketahui bernama Rustam itu mengalami patah kaki. Rupanya ia bosan karena tak bisa ke mana-mana, sehingga memutuskan bermain game online berjudul Defence of The Ancients (DoTA) .
Namun suatu hari, orang tua Rustam tak mendengar suara apapun dari dalam kamar putranya. Kepada media setempat, orang tua Rustam mengatakan padahal biasanya terdengar suara ketak-ketik dari keyboard komputer yang ada di kamar Rustam.
Hari itu tanggal 30 Agustus 2015, kamar Rustam terdengar hening. Karena curiga, orang tuanya lantas mencoba masuk ke kamar dan melihat putranya sudah tak sadarkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil penyelidikan pihak kepolisian, diduga Rustam menjadi kecanduan dan bermain game 6,5 jam sehari, atau diperkirakan mencapai 2.000 jam dalam 1,5 tahun terakhir.
"Kami memperkirakan ia hanya berhenti untuk tidur siang dan makan cemilan," tutur jubir kepolisian, Svetlana Abramova seperti dikutip dari Mirror, Jumat (4/9/2015).
Dokter sendiri meyakini penyebab kematian Rustam adalah 'second class syndrome', atau istilah lain untuk deep vein thrombosis, yaitu penggumpalan pada pembuluh darah di kaki akibat tidak bergerak dalam waktu lama.
"Yang biasanya terkena masalah semacam ini adalah mereka yang sering naik penerbangan jarak jauh karena mereka dipaksa untuk duduk dalam waktu lama. 50 persen kasus thrombosis juga ditemukan pada mereka yang patah tulang, seperti halnya pasien," jelas sang dokter.
Nasib Rustam rupanya tak jauh berbeda dengan karakter yang dimainkannya. Bahkan konon Rustam juga sempat melihat karakternya mati di medan laga sebelum akhirnya Rustam 'menyusulnya'.
Menanggapi kasus Rustam, psikolog Rustam Kalimullin mengutarakan bahwa permasalahan ini berakar pada ketidakpedulian orang tua Rustam terhadap putranya.
"Bukan hanya karena orang tua minum-minum atau menyalahgunakan narkoba, tapi lebih kepada mereka tidak memberikan perhatian yang cukup kepada si anak, sehingga anak lari dari masalah dengan memanfaatkan dunia maya," jelasnya. (jsn/ash)