"Saat melihat peta mereka (Waze-red), aku melihat beberapa keanehan. Bagaimana mungkin kesalahanku dan watermark (PhantomAlert-red) muncul dalam peta milik Waze," ujar Yosef Seyoum, CEO PhantomAlert.
PhantomAlert mengajukan tuntutan tersebut di pengadilan federal San Francisco, Amerika Serikat. Dan mengklaim bahwa mereka menemukan informasi-informasi rahasia miliknya tersimpan di database Waze.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam tuntutan ini PhantomAlert meminta sejumlah uang ganti rugi atas informasi yang dicuri oleh Waze, termasuk untuk menghukum mereka. Namun tentu semuanya bergantung pada bukti-bukti yang bisa diajukan oleh para pengacara PhantomAlert.
Jika tuduhan PhantomAlert ini benar, maka informasi curian itu bisa saja digunakan untuk meningkatkan nilai Waze sebelum Google mengakuisisinya dengan nilai nyaris USD 1 miliar atau sekitar Rp 1,4 triliun (USD 1 = Rp 14.000).
Atau lebih parah lagi, taktik ini bisa saja sengaja dipakai untuk membuat Google buru-buru menyelesaikan akuisisi tersebut. Sekadar informasi, saat itu Google dan Facebook berlomba-lomba untuk memberikan penawaran terbaik dalam proses akuisisi tersebut.
PhantomAlert adalah layanan navigasi yang memberikan informasi mengenai kamera yang terdapat di lampu pengatur jalan, kondisi jalan dan bermacam informasi soal lalu lintas lainnya. Dengan kata lain, antara PhantomAlert dan Waze memang punya layanan yang sejenis.
(asj/ash)