Layanan ojek digital GrabBike baru-baru ini berekspansi ke ibukota Thailand, Bangkok. Bangkok menjadi kota keempat di Asia Tenggara yang dirambah GrabBike setelah Hanoi dan Ho Chi Minh City di Vietnam serta Jakarta.
Seperti Jakarta, warga Bangkok akrab dengan layanan ojek. "Budaya bepergian dengan roda dua adalah hal natural di kota ini. Kami yakin GrabBike akan disukai warga lokal karena kami menyediakan layanan yang aman," sebut Head GrabBike Thailand, Pachara Lawjindakul yang dikutip detikINET dari Bangkok Post, Kamis (13/8/2015).
GrabBike sepertinya ditunjang modal besar karena induknya, GrabTaxi, mendapat kucuran dana tak sedikit dari investor. GrabTaxi yang bikinan pria Malaysia bernama Anthony Tan itu, belum lama ini mendapat dana USD 200 juta. Diperkirakan, GrabTaxi memiliki dana total USD 500 juta atau di kisaran Rp 6,8 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan teknologi yang bergerak di bidang sewa transportasi belakangan memang tumbuh subur semenjak kehadiran Uber yang berbasis di Amerika Serikat. Selain GrabTaxi, ada Didi Kuaidi di China atau EasyTaxi di India yang menyediakan layanan serupa, sewa kendaraan berbasis aplikasi.
GrabTaxi sendiri, yang rilis pada tahun 2012, beroperasi di 22 kota di 6 negara. Pasar mereka terutama di Asia Tenggara yang memiliki peluang pasar menggiurkan. Terutama Indonesia yang populasinya terbesar dan kelas menengahnya semakin tinggi.
Tak heran jika GrabTaxi mulai agresif menggeber layanan GrabBike di Jakarta sebagai diversifikasi bisnis, antara lain dengan membuka lowongan ribuan pengojek baru. Di Indonesia, mereka menantang dominasi Go-Jek yang lebih populer.
(fyk/rns)