Tim Alix dari UNIKOM Bandung memang tak menggondol juara di Final World Microsoft Imagine Cup 2015. Meski demikian, mereka tak berkecil hati. Semangat mereka tetap menyala untuk terus berkarya.
"Maaf tim Alix belum bisa membawa piala untuk Indonesia di Imagine Cup 2015. Menang atau kalah bukan masalah untuk kami, kami sudah melakukan yang terbaik untuk Indonesia," kata juru bicara Alix Wati Pitrianingsih tak lama setelah pememang diumumkan.
Adam Bachtiar selaku mentor tim Alix yang turut mendampingi merasa bangga dan bersyukur atas kerja keras anak asuhannya. Menurutnya, hadir di acara puncak ini saja sudah merupakan prestasi tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Alix bercerita bahwa mereka mendapatkan banyak pengalaman seru dan lucu yang semuanya serba pertama mereka. Pertama kali naik pesawat, pertama kali ke luar negeri dan pertama kali mengikuti ajang kompetisi berskala besar seperti Imagine Cup.
"Ada yang mimisan, terus kalau saya susah waktu masuk imigrasi. Ditanyain macam-macam. Semua suratnya dibaca satu-satu " cerita anggota tim Alix Henra Setia Nugraha sambil tertawa.
Sementara itu, mengikuti ajang Imagine Cup menurut Technical Evangelist Developer Experience & Evangelism Group Microsoft Indonesia Irving Hutagalung adalah sebuah kesempatan emas.
Bukan masalah menang atau kalah, tetapi yang terpenting bagi Microsoft adalah terbukanya peluang bagi anak-anak muda seperti Wati Pitrianingsih, Muhammad Iqbal Tawaqal, Boby Indra Pratama dan Henra Setia Nugraha untuk berkarya.
"Dengan bertemu dan melihat peserta dari negara lain, mereka juga kan jadinya saling belajar. Mereka juga jadi punya pembekalan dengan mengikuti banyak kegiatan di sini. Seperti belajar membuat aplikasi platform hologram di Holographic Academy. Kesempatan yang langka," sebutnya.
Meski bendera Indonesia belum bisa berkibar di panggung, tim Alix tetap semangat. Ada banyak peluang menanti mereka bertindak melalui kreativitas dan inovasi di bidang teknologi.
Aplikasi Solidare yang dibuat tim Alix sendiri saat ini sudah dipakai organisasi kemanusiaan seperti Rumah Zakat dan Beruang Matahari mendistribusikan bantuan donasi untuk anak putus sekolah.
Tim Alix mengaku, penilaian juri selama mengikuti ajang Imagine Cup sangat membantu mereka untuk mengembangkan Solidare lebih baik lagi. Mereka juga berencana memperluas kemitraan dengan lebih banyak organisasi kemanusiaan.
Sedikit kilas balik perjalanan tim Alix, sebelumnya mereka menjadi juara umum di tingkat nasional. Kesuksesan mereka tentu tidak mudah. Tercatat ada 99 proyek yang terkumpul semenjak Imagine Cup 2015 digelar. Ke-99 proyek tersebut berasal dari 961 mahasiswa yang ikut serta.
Imagine Cup 2015 juga disebut lebih merata dibandingkan tahun sebelumnya, karena diikuti oleh 55 universitas yang berasal dari 21 kota berbeda di Indonesia.
Adapun dari 99 proyek yang terdaftar, kesembilan aplikasi yang terpilih sebagai finalis di antaranya adalah aplikasi Solidare dari tim Alix Unikom Bandung, aplikasi Alis oleh ITB, dan aplikasi Desila dari UGM. Ketiganya menjadi finalis kategori World Citizenship.
Sedangkan dari kategori Innovation yang jadi finalis adalah aplikasi Pro Mayor yang dikerjakan oleh tim UGM, aplikasi Dodo Kids Browser oleh Unikom Bandung, dan aplikasi Watchman dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Pada kategori Games, finalisnya adalah aplikasi TransPathtation yang dibuat oleh Binus, aplikasi Landed On Stage oleh Universitas Telkom Bandung, dan aplikasi Help Me up buatan tim asal Universitas Trunojoyo Madura.
(rns/fyk)