Keahlian anak muda Indonesia tak kalah kok dengan SDM dari negara lain. Jadi jika Anda punya cita-cita untuk berkarir di perusahaan teknologi asing, tentu bisa direalisasikan. Asal jangan latah!
Menurut Borrys Hasian, Head of UX & Design Viki Inc., anak Indonesia punya peluang sama dengan orang lain dari negara manapun. Namun tentu saja, untuk dapat bersaing, kita harus punya modal. Bisa dari bahasa, sikap percaya diri dan keahlian lainnya.
"Namun kalau harus pilih satu modal utama, maka pilih satu bidang yang disuka -- jangan latah ikut orang lain -- dan berusaha keras jadi ahli di bidang itu," ujar Borrys saat berbincang dengan detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selalu ada orang yang menilai orang lain lebih rendah. Buat saya, pertama, hasilkan karya terbaik. Kedua, setelah punya karya yang bagus, baru 'bicara'," ujarnya.
"Di perusahaan asing, orang harus bold, berani bicara dan percaya diri. Orang asing yang saya sering berinteraksi, kalau bicara blak-blakan dan percaya dirinya tinggi. Sebagus apapun ide kita, kalau kita gak bisa menyampaikan dengan percaya diri, kita bakal tenggelam," Borrys menegaskan.
Khusus di perusahaan teknologi asing, tak ada stigma khusus saat memandang SDM asal Indonesia. Hanya saja mungkin berbeda-beda case by case.
"Waktu di salah satu perusahaan yang meng-outsource kerjaan desain ke Indonesia, freelancer-nya gak serius, kerjaan gak beres, akhirnya kesannya Indonesia gak bisa dipercaya. Akhirnya yang dipilih jadi freelancer tetap itu, dari Vietnam. Gak tahu kenapa, Vietnam itu freelancer desainnya lumayan bagus dan komitmennya tinggi, ini yang penting," tandasnya.
(ash/fyk)