Tenang, Anda tak sendiri yang pernah mengalami itu. Banyak pengguna internet lain juga pernah memiliki pengalaman serupa. Kadang, pengguna langsung kesal dengan pihak -- seperti situs atau brand -- yang namanya tertulis di iklan nyeleneh tersebut. Tapi sebenarnya, itu belum tentu salah si pemilik situs atau brand. Bisa jadi nama mereka cuma dicatut dan disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Sebab dalam beberapa kasus, hal semacam ini merupakan bagian dari rumitnya jaringan ad network.
Ad network tumbuh seiring dengan menjamurnya iklan digital. Jaringan ini punya platform khusus untuk memasarkan atau mempromosikan sesuatu, baik itu situs atau aplikasi untuk gadget, di berbagai situs atau media sosial.
Lewat sistem rumit yang dimiliki ad network, si pemasang iklan bisa langsung memasukkan kampanye atau promosi yang mereka inginkan. Cuma dengan mendaftar dan login, siapapun β termasuk Anda β bisa langsung menjadi pemasang iklan, yang bisa dengan bebas membuat iklan sesuai dengan keinginan.
Dalam membuat iklannya, pemasang iklan harus memasukkan APK atau link URL dari situs yang ingin dia promosikan. Gampang kan?
Kebebasan yang Kebablasan
Β
Sayangnya, dengan semua kebebasan itu, masih ada kebablasan yang harus dihadapi. Ironisnya lagi, kebablasan ini bisa melibatkan nama dan pihak lain yang juga menggunakan layanan dari ad network tersebut.
Dari berbagai info yang detikINET dapat, sekali pengguna tergabung dengan salah satu platform ad networkΒ maka ia bisa bebas melihat beragam APK atau promosi lain yang juga ada dalam ad network itu. Bahkan, semua yang tergabung di platform ad network tersebut bisa menggunakan semua materi promosi yang ada di sana.
β
Siapapun bisa mempromosikan sesuatu dengan memakai nama produk milik brand lain yang dia inginkan. Dia pun bisa memasang judul bombastis ditambah dengan foto atau gambar sesukanya.
Jadi, jangan heran kalau ada iklan yang berjudul bombastis, dengan foto atau gambar yang sangat menggoda, dan dengan embel-embel salah satu brand. Padahal kalau iklan itu diklik, belum tentu pengguna benar-benar diarahkan ke situs atau aplikasi milik brand tersebut.
Kusut? Memang seperti itu kurang lebih kusutnya ekosistem ad network. Siapapun bisa mendompleng nama besar, bahkan menyalahgunakan nama besar yang ada.
β
Kalau dirangkum secara singkat, siapa pun yang tergabung dalam platform ad network bisa membuat promosi dengan menggunakan materi, nama, URL, APK, serta gambar seperti apapun. Semua demi tujuan yang mungkin kita sama-sama tahu: keuntungan. Atau bahkan kejahatan, untuk menjatuhkan pesaing bisnis misalnya.
Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari brand atau pemilik produk untuk sama-sama menangkal iklan yang kebablasan dan menyalahgunakan namanya. Bao Jianlei, Managing Director Baidu Indonesia mengungkapkan, iklan misleading di internet juga sempat membuat Baidu gusar. Padahal ditegaskannya, Baidu ingin membuktikan komitmen dan keseriusannya untuk berkembang bersama dengan para pemain dalam industri digital di Indonesia.
"Oleh karena itu, terkait dengan peredaran iklan misleading beberapa waktu lalu, kami telah mengumpulkan bukti-bukti dan berhasil menemukan channel dan ad network yang bermasalah. Kami juga telah mengambil langkah untuk menghentikan peredaran iklan-iklan tersebut dan menghentikan kerja sama dengan mereka,β ungkap Bao kepada detikINET.
Meski begitu, Baidu Indonesia menyadari bahwa model bisnis dalam industri periklanan digital banyak memanfaatkan platform terbuka, sehingga sangat sulit untuk dikendalikan oleh satu pihak saja. Oleh karena itu, Baidu sampai membuka corong pengaduan jika ada pihak-pihak yang masih menemukan iklan-iklan misleading terkait produknya melalui e-mail ke id.feedback@baidu.com.
Ya, begitulah seluk beluk ekosistem digital dan ad network yang njelimet. Semoga ke depannya mata pengguna jadi lebih terbuka jika melihat iklan-iklan aneh di internet, termasuk dapat lebih bijak dalam menanggapinya.
(ash/rou)