"Waze bisa membahayakan kami dan khalayak umum, dimana aplikasi itu malah akan mendatangkan lebih banyak pelanggaran dan perlawanan dari tersangka kepada para penegak hukum," ujar Sersan Javier Ortiz, President of the Miami Fraternal Order of Police.
Pernyataan Ortiz tersebut mengacu kepada salah fitur Waze, dimana pengguna dapat mengidentifikasi kehadiran polisi yang sedang bertugas di jalanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini kemudian menimbulkan buah pemikiran di sejumlah kepolisian, dimana terdapat kemungkinan apabila fitur tersebut sengaja dimanfaatkan oleh para penjahat untuk sekadar menjebak polisi. Tentu saja itu akan sangat merepotkan para petugas dalam mengejar dan menangkap para pelanggar hukum tersebut.
Pihak kepolisian pun sebenarny sudah berusaha menghubungi pihak Google untuk membahas masalah tersebut. Adalah Edward Mullins, Kepala Sergeants Benevolent Association yang baru-baru ini mengirim surat kepada CEO Google Larry Page.
Dalam suratnya, Mullins meminta kepada Google untuk mematikan fitur pelacak polisi yang selama ini dianggap bahaya oleh para polisi itu.
Meski hingga kini belum ada tanggapan mendalam dari perusahaan mengenai permasalahan itu, para polisi di Miami tak tinggal diam.
Dikutip detikINET dari NBC Miami, Kamis (12/2/2015), ratusan polisi Miami dikerahkan untuk men-download aplikasi Waze. Tujuannya, tentu tak lain untuk mengacau dan memberikan informasi palsu di dalam aplikasi itu agar nantinya para penjahat terkecoh dengan kehadiran polisi.
Sementara itu seorang polisi berpendapat, "Jika seseorang menderita gangguan mental dan ingin melakukan perbuatan keji atau memburu polisi, mereka tidak perlu Waze untuk melakukan hal itu," ujarnya.
Kekhawatiran ini memang merebak di kalangan kepolisian. Dikatakan oleh Kepala Kepolisian Los Angeles Charlie Beck, Waze memainkan peran dalam penembakan dua petugas polisi New York pada Desember lalu.
Akun Instagram yang diduga milik penembak berisi screenshot dari Waze bersama dengan ancaman kepada polisi.
(ash/ash)