Berbeda dengan aplikasi lainnya, layanan messaging mampu bertahan lebih lama. Dan ujungnya, makin banyak uang berputar di aplikasi kemudian menarik investor untuk menanamkan duitnya di sana.
"Aplikasi yang paling populer yang bertahan hidup hari demi hari, bulan demi bulan, adalah messenger," kata Fred Wilson, dari Union Square, investor di Kik, aplikasi messaging yang populer di kalangan anak muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itu refeleksi dari yang apa orang lakukan pada ponsel mereka," ujar Wilson, memberikan alasan.
Dikatakan olehnya, daya tarik awal dari aplikasi ini sebetulnya sederhana. Layanan pesan instan lebih cepat digunakan daripada email untuk mengirimkan teks, link, video dan foto. Selain itu, tentu saja lebih murah dari layanan SMS tradisional.
Belakangan aplikasi ini bahkan sudah semakin luas penggunaannya tidak sebatas bertukar pesan. KakaoTalk, misalnya, pengguna bisa menemukan aplikasi baru dan menyebarnya ke teman yang lain.
Di Snapchat, ada fitur yang memungkinkan penggunanya mengirimkan uang. Sementara di Line, selain menyediakan paltform game juga datang toko online berbasis Line Pay.
Ke depan, media seperti ESPN, Vice, dan CNN pun juga memilih Snapchat untuk menyebar informasi.
"Media dan komunikasi ini saling berhubungan. Aplikasi yang kita ciptakan hari ini akan menjadi besar karena aplikasi messaging dan akan membesar satu atau dua tahun lagi," kata Direktr BuzzFeed, Jonah Pretti, seperti dikutip detikINET dari New York Times, Selasa (27/1/2015).
Dalam catatan, saat ini 40% pengguna ponsel di Amerika Serikat menggunakan messaging dalam sebulan terakhir. Sementara secara global, pertumbuhan pengguna messaging mencapai 103% di tahun 2014.
Untuk saat ini, meskipun tidak semua aplikasi menghasilkan pendapatan besar. Malahan, WhatsApp saja yang merupakan layanan terpopuler baru bisa menghasilkan USD 10,2 juta.
Saat ini WhatsApp memiliki 700 juta pelanggan, terbesar di antara aplikasi messaging yang lain. Selain itu ada juga Viber dengan 200 juta pengguna aktif per bulan dan Line dengan jumlah 170 juta pengguna.
Potensi besar aplikasi ini memang belum menghasilkan uang secara langsung dari pengguna, namun nilai perusahaannya diketahui semakin tinggi tiap harinya.
Sebut saja Rakuten yang berani menggucurkan dana USD 900 juta kepada Viber, kemudian disusul Alibaba yang menginvestasikan dananya USD 280 juta ke Tango.
Di masa depan, bukan tidak mungkin akan ada lagi orang kaya baru dari aplikasi messenger yang tidak ada matinya ini.
(tyo/ash)