Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
BIAF 2014
Kampoong Monster Konsisten Bikin Animasi Keren Pakai Blender
BIAF 2014

Kampoong Monster Konsisten Bikin Animasi Keren Pakai Blender


- detikInet

Kampoong Monster (rns/detikINET)
Cimahi -

Soal hasil akhir, software open source bisa menciptakan karya animasi yang tidak kalah keren dengan software berbayar. Yang terpenting adalah skill si animator. Ini yang coba ditampakkan secara konsisten oleh Kampoong Monster.

Terbukti di umur yang terbilang muda, studio animasi yang berdiri sejak Juli 2013 ini menggebrak dengan menjadi satu-satunya studio animasi Indonesia yang masuk dalam tim Open Movie Project bernama Gosseberry, sebuah features film dari Blender Institute yang bermarkas di Amsterdam, Belanda.

"Untuk menciptakan serial animasi, dengan Blender sudah cukup. Sekarang banyak studio-studio animasi kecil di Indonesia mulai menggunakan Blender," kata CEO Kampoong Monster Ramdhan Dwi di sela acara Baros International Animation Festival (BIAF) 2014 yang berlangsung 27-30 November 2014 di Cimahi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Blender, software open source yang disebut Ramdhan, menjadi pilihan studio yang berbasis di Bandung ini berkarya karena memenuhi kebutuhan mereka. Menekan biaya menjadi lebih murah, namun mereka tetap bisa menggunakan tool mirip seperti di software berbayar dan hasil animasi yang tak kalah bagus.

"Bukan berarti kita memusuhi software berbayar, atau bilang yang berbayar itu jelek. Blender menjadi pilihan karena ini cocok buat ekosistem animasi di Indonesia yang masih berkembang," kata Ramdhan.

Menurutnya, sebuah studio animasi yang baru berdiri bakal kewalahan jika harus menyediakan modal untuk sebuah lisensi software berbanderol puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Soal anggapan bahwa software open source sulit digunakan, Ramdhan tak menampik. Namun seiring perkembangan software itu sendiri, open source menurutnya kini semakin mudah digunakan.

"Dulu iya. Tapi semakin banyak penggunanya, semakin banyak developer-nya yang mengembangkan, makin ke sini makin mudah digunakan. Sekarang ini sudah graphically secara interface-nya sudah banyak diperbarui dan fungsinya sudah lebih canggih karena semakin banyak development-nya," papar Ramdhan.

Technical Director Kampoong Monster Aditia Pratama menambahkan, menggunakan software open source tak serta-merta mereka menggunakannya secara gratisan begitu saja. Semangat open source mendorong tim Kampoong Monster juga ikut berkontribusi pada software tersebut.

Dengan sistem open source Blender, memungkinkan pemakai bisa ikut berkontribusi dengan memberikan donasi sukarela dan masukan untuk pengembangan software tersebut.

"Jadi gak cuma download, kita pakai buat kerja sudah sampai di situ. Kita juga contribute misalnya kalau dari software-nya gak bekerja atau eror kita report ke pengembangnya agar memperbaiki itu," ujarnya.

Aditia dan rekan-rekannya di Kampoong Monster ingin konsisten menggunakan Blender, bahkan ketika pada akhirnya nanti mereka sudah besar dan punya modal cukup untuk membeli software berbayar.

"Kita niatnya dari awal memang pakai Blender. Untuk aplikasi pendukung berbayar yang masih bisa kita beli, ya kita beli. Ke depannya kita juga ada target untuk membantu pengembangan. Kalau kita udah gede banget, sebagian uang kita ingin sumbangkan untuk pengembangan Blender juga," harapnya.

Pada intinya, Ramdhan dan tim di Kampoong Studio ingin memperlihatkan bahwa open source bisa menjadi solusi bagi studio-studio kecil. Dengan keterbatasan, mereka yang berada di pelosok sekalipun bisa memanfaatkan Blender dengan maksimal.

Bahkan dikatakannya, tren saat ini mulai mengarah ke open source, terlihat dari mulai banyaknya studio-studio animasi besar sekelas Pixar yang mulai menggratiskan sebagian aplikasinya.

"Ini masa depan. Untuk studio-studio kecil daripada pakai bajakan kenapa gak memanfaatkan software yang bagus ini. Bayangin bakal ada banyak karya animasi yang keluar nantinya. Kita berkompetisi dalam kualitas pada akhirnya, udah gak dilihat software-nya apa. Jadi animasi kita gak akan kalah sama animasi di luar negeri," simpulnya.

(rns/ash)





Hide Ads