Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Beda Lapak, Beda Gaya Belanja Online

Beda Lapak, Beda Gaya Belanja Online


- detikInet

Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta -

Pengguna internet kerap kali salah kaprah dengan berbagai jenis lapak online. Padahal mereka tak semuanya sama, yang ujung-ujungnya aturan mainnya pun berbeda.

Pertama, mungkin ada yang lebih familiar dengan forum jual beli (FJB). Nah, jika Anda aktif di forum-forum online pasti tak asing dengan ini. .

Nilai plus belanja di FJB adalah, soal proses cepat dan akses mudah. Sembari bermain di forum, Anda bisa iseng-iseng melirik FJB. Namun lapak online jenis ini tampilannya biasa alias sederhana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di FJB, Anda memang dimanjakan dengan menumpuknya barang dan penjual yang jualan. Namun Anda harus sangat hati-hati. Terlebih, di sini banyak anonymous (pakai nama asal-asalan).

Jangan mentang-mentang harganya sangat murah, Anda langsung kalap memesan dan langsung mentransfer uang. Sudah banyak kasus penipuan akibat aksi kecerobohan belanja online di FJB model ini.

Agar lebih waspada, lihat dulu track record penjualnya. Biasanya, ada pembeli terdahulu yang memberi label 'recommended seller' kepada penjual yang terpercaya.

Bentuk lain dari FJB adalah seperti situs Berniaga dan olx (dulu disebut tokobagus). Namun layanan ini bukan bermain di forum online, melainkan punya situs sendiri.

Namun bukan berarti Anda bisa mengurangi kewaspadaan. Sebab, si penjual bisa dengan bebas menggelar lapak jualannya. Penyedia layanan ini pun kian berbenah untuk meredam kasus penipuan. Caranya adalah dengan membuat label 'verified member' sebagai bentuk pengakuan terhadap penjual yang dianggap lebih terpercaya.

Kedua, adalah online marketplace. Contoh nyatanya adalah Rakuten dan Lazada. Situs model ini yaitu menyediakan lapak dan sistem toko online kepada para penjual untuk menjajakan barangnya ke pengguna internet. Kemudian, mereka menarik fee dari setiap transaksi yang terjadi.

Bisa dibilang faktor keamanan lebih terjamin di toko online model seperti ini. Sebab asal usul si penjual lebih jelas. Bahkan ada penyedia layanan yang berani memberikan garansi 'uang pasti kembali' ketika ada barang yang dipesan tak diterima pembeli.

Online marketplace juga dikemas dengan lebih profesional layaknya situs e-commerce pada umumnya. Termasuk banyaknya promosiserta beragam model pembayaran.

Tak sebatas transfer via ATM atau internet banking. Mereka juga menyediakan fasilitas CoD (cash on delivery) alias bayar di tempat.

Memang, tak semua online marketplace sukses. Tahun 2013 lalu, salah satu pemain besar di bisnis ini -- Multiply -- harus gulung tikar karena sulit berkembang.

Pun demikian, bukan berarti pemain di bisnis ini jera. Salah satu yang lumayan agresif saat ini adalah Lazada dan Zalora yang berasal dari inkubator Rocket Internet yang berasal dari Jerman.

Dijelaskan Vice President Mobile Commerce Lazada Andry Huzain, awalnya Lazada sebatas online marketplace, menyediakan lapak bagi penjual lain dan mengambil fee dari setiap transaksi yang terjadi. Namun perlahan, mereka berekspansi dengan menyediakan produk sendiri.

Ketiga, adalah situs daily deals. Banyak juga yang menyebutnya sebagai situs kupon atau voucher diskon. Ya, karena memang Anda bisa mendapatkan banyak voucher potongan harga di sini.

Jadi di situs model begini, Anda tak memberi barang secara langsung. Melainkan cuma voucher diskonnya saja.

Kupon voucher tersebut kemudian bisa digunakan untuk membeli produk/jasa di penjual aslinya. Sebab pemilik website voucher diskon -- seperti Groupon, evoucher, lakupon, dan lainnya -- cuma sebagai penyedia jasa 'iklan' untuk tawaran voucher-voucher diskon ini.

Namun Anda harus ingat, waktu promosi dari voucher diskon ini dibatasi. Jangan sampai Anda sudah membeli vouchernya tetapi tidak digunakan sampai tiba-tiba musim promonya habis.

Bentuk lain dari toko online yang ramai diserbu di Indonesia adalah via jejaring sosial, seperti Facebook. Di sini sudah banyak penjual yang membuat akun atas nama tokonya. Produk yang dijual memang tak sebanyak situs e-commerce, termasuk untuk fasilitas layanan pembayaran.

Tetapi tetap saja, ini cukup menarik untuk cuci mata atau sebatas melihat foto-foto produk yang ditawarkan.

Meski demikian, tetap Anda harus waspada. Sekali lagi, jangan tergiur dengan harga yang sangat miring.

Contoh penipuan yang kerap dilakukan di lapak online Facebook adalah, "Menjual iPhone 5 atau Galaxy S5 seharga Rp 1,5 juta!!!" Jika mendapati iklan seperti ini, sebaiknya lupakan saja.

Β 

Punya pengalaman menarik -- kisah suka atau duka -- saat belanja online? Yuk, bagi-bagi cerita ke detikINET (email: redaksi@detikinet.com).

(ash/rns)





Hide Ads