Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse menuding postingan Infinix yang mempromosikan Hot 10S sebagai hal menyesatkan. Seharusnya, iklan HP itu seperti apa sih?
detikINET meminta pendapat dari pengamat gadget Lucky Sebastian terkait masalah ini. Menurutnya apa yang dilakukan oleh Infinix dan Xiaomi ini sering dianggap sebagai jenis persaingan yang kelasnya paling bawah, yang seharusnya tidak dilakukan oleh brand.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Infinix dan Xiaomi, sering dianggap persaingan level paling bawah yang harusnya tidak dilakukan brand," pungkasnya.
Menurutnya, komparasi seperti itu seharusnya hanya dilakukan oleh praktisi, bukan oleh brand pembuatnya. Brand itu seharusnya bisa terlihat lebih pintar dalam mengiklankan produknya secara kreatif.
"Bahkan semakin tinggi kreativitas, semakin iklannya saru (tidak terlihat-red), tapi membekas, membuat pemirsa ingin cari tau lebih," jelas pria asal Bandung ini.
Lucky mencontohkan kreativitas dalam beriklan itu dilakukan oleh Google lewat iklan tentang hubungan keluarga, ataupun iklan ecommerce terkait Hari Raya. Menurutnya iklan kreatif seperti itu malah bisa menaikkan 'nilai' sebuah brand.
Selain itu tentunya ada iklan Apple, Samsung, dan Microsoft, yang meski juga membandingkan produk kompetitor namun disajikan dengan cara yang lebih elegan sekaligus edukatif untuk penontonnya.
"Memang sebaiknya lebih kreatif itu tidak membandingkan, tetapi berusaha memberitahu pemirsa seberapa baiknya produk yang dipasarkan sekarang, apa yang bisa dilakukan produk itu untuk para pembelinya, sehingga membuatnya tertarik,"
Meski begitu, Lucky tak menampik bahwa tidak semua iklan kreatif semacam ini bisa dimengerti semua kalangan, yang kemudian membuat brand memilih untuk beriklan dengan frontal.
"Ya ada yang bisa ada yang tidak nangkep. Tapi ya harus dimulai, kan iklan tidak harus frontal," pungkasnya.
(asj/asj)