Google tampaknya mengubah strategi mereka untuk meningkatkan jumlah penjualan lini Pixel, yaitu dengan menggunakan prosesor kelas menengah di Pixel 5 agar harga jualnya lebih murah.
Harga yang lebih murah ini membuat Pixel 5 masuk kategori kelas menengah, yaitu dengan harga USD 699. Namun masalahnya, di kelas ini persaingannya pun tak kalah ketat dengan kelas ponsel flagship, atau malah bisa dibilang lebih ketat.
Terutama karena Pixel 5 menggunakan Snapdragon 765G, yang notabene merupakan prosesor kelas menengah dari Qualcomm. Sementara banyak pabrikan lain yang menawarkan spek flagship dengan harga kelas menengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contohnya saja Samsung Galaxy S20 FE, yang di Indonesia harganya Rp 9,9 juta atau USD 699 di AS. Spesifikasinya tak kalah dibanding S20 versi reguler, dengan Exynos 990, namun harganya lebih murah.
Atau ada juga iPhone 11, yang harganya di AS mulai dari USD 699 (di Indonesia harganya di kisaran belasan juta rupiah). Spesifikasinya? Jelas lebih tinggi. Prosesornya sama dengan iPhone 11 Pro yang harganya jauh lebih mahal.
Belum lagi menyebut pabrikan lain seperti Xiaomi dengan Mi 10 atau bahkan Poco F2 Pro, spesifikasinya flagship (Snadragon 865) dan harganya di kisaran Rp 9 juta ke bawah.
Mungkin Google mengambil langkah ini karena Pixel murah mereka untuk 2019, yaitu Pixel 3A, jauh lebih laris dibanding Pixel 4. Sejauh ini pun mereka sulit bersaing dalam hal volume penjualan dibanding pembuat ponsel flagship premium seperti Apple dan Samsung.
Meski memang penjualannya terbilang meroket selama 2019 lalu dengan peningkatan year on year sebesar 52%, karena sukses menjual sekitar 7,2 juta ponsel Pixel selama 2019. Namun angka tersebut jelas tak ada apa-apanya dibanding penjualan ponsel total secara global.
Namun tak adil memang jika membandingkan penjualan Pixel dengan penjualan ponsel dari pabrikan lain. Masalah utamanya adalah distribusi Pixel tak seluas ponsel pesaing-pesaingnya.
(asj/asj)