Belum genap seminggu setelah ponsel tersebut diluncurkan di Indonesia, kini Xiaomi kembali sesumbar jika ada salah satu smartphone buatannya yang diklaim sempurna. Menariknya, itu bukanlah Pocophone F1 maupun Mi 8 yang jadi sejumlah andalannya di pasaran.
Titel 'ponsel sempurna' dari mereka justru mengarah kepada Redmi 5A. Lantas, apa yang membuatnya bisa disebut smartphone tanpa cela?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk lebih spesifiknya, ia memang merujuk kepada Negeri Gangga yang jutaan masyarakatnya masih menggunakan ponsel jadul. Dengan dana begitu terbatas, memang tidak banyak pilihan untuk bisa membeli smartphone bagus di sana.
Di Indonesia sendiri, Redmi 5A hanya dibanderol seharga Rp 999.000. Dengan harga segitu, ponsel ini mengedepankan kamera 13 MP di bagian belakang.
Walau Jain menyebut Redmi 5A merupakan smartphone yang sempurna, ia tidak melupakan begitu saja soal Pocophone F1. Menurutnya, itu ponsel terbaik bagi user yang menginginkan spesifikasi mumpuni dengan harga terjangkau.
"Kami adalah satu-satunya perusahaan yang bisa menggabungkan ini semua sekaligus. Perusahaan lain menyediakan produk dengan spesifikasi yang bagus dan kualitas mumpuni tapi menjualnya dengan harga yang mengerikan," tuturnya.
Lantas, bukankah itu bisa memicu perang harga, sebagaimana Xiaomi memang lekat dengan aksi tersebut. Jain hanya menjawab singkat. "Mungkin," begitu katanya, sebagaimana detikINET kutip dari The Hindu, Rabu (26/9/2018).
Kemudian, ia mengklaim bahwa pihaknya tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk kegiatan pemasaran dalam tiga tahun pertamanya. Sekadar informasi, Xiaomi datang ke India sekitar empat tahun lalu.
Baca juga: Ponsel Baru Xiaomi Mejeng di Situs Benchmark |
"Juga, margin keuntungan kami rendah, Semua brand lain punya margin keuntungan 10% - 60%. Tapi kami selalu 5% atau lebih rendah untuk bisnis hardware kami," klaim dia.
Jain melanjutkan, pihaknya memang menghasilkan uang dari bisnis software dan layanan internet. Selain itu, menurutnya, yang membedakan Xiaomi dengan perangkat lain adalah, pekerjaan mereka dimulai saat smartphone terjual, sedangkan di kondisi tersebut, brand lain sudah menuntaskan pekerjaannya. (mon/fyk)