Hal tersebut diamini CEO Omni VR Nico Alysus. Dia menuturkan, beberapa tahun lalu kehadiran VR langsung menarik perhatian. Kendati begitu, ketika ada yang tertarik, sulit mendapatinya.
"Setiap kami mengadakan meet up selalu menghadapi pertanyaan, kalau mau beli di mana?," ungkap Nico.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekarang begitu banyak pilihan VR yang ada di pasaran. Demikian pula dengan konten-kontennya.
"Dulu konten VR sangat sedikit. Sampai-sampai kami bikin taman bermain agar orang bisa menikmati konten VR," kenang Nico.
Hal yang sama diungkap aktor dan CEO Layaria Dennis Adhiswara. Menurutnya konten VR sekarang sudah cukup banyak karena pembuatannya sudah lebih mudah.
"Dulu membuat konten VR sangat sulit. Awal-awal saja saya sempat pusing karena mencari cara menyembunyikan alat. Lalu mencari sudut pandang orang biar menarik. Alat-alat juga dulu cukup mahal," terang Dennis.
Karena itu Dennis hanya menelurkan satu film VR di tahun 2015. Tapi kini dia dan timnya di Layaria sudah membuat banyak konten video 360 derajat.
"Kami posting di YouTube. Agar mampu dinikmati pakai perangkat sederhana. Sehingga orang lebih mengenal dan terbiasa dengan VR," kata pria yang dikenal akan perannya sebagai Mamet di film Ada Apa Dengan Cinta ini. (rns/rns)