Cerita di Balik Promosi Jor-joran Vivo
Hide Ads

Cerita di Balik Promosi Jor-joran Vivo

Moch Prima Fauzi, Moch Prima Fauzi - detikInet
Senin, 26 Mar 2018 19:02 WIB
Konferensi pers rencana peluncuran Vivo V9. Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Vivo bisa dibilang sebagai vendor smartphone yang royal soal promosi produk. Produsen asal China ini pernah menggebrak Tanah Air dengan peluncuran smartphone V7 pada 2017 lalu.

Saat itu Vivo berani menggandeng sembilan stasiun televisi demi meluncurkan V7 di Jakarta. Acara peluncuran yang berdurasi satu setengah jam itu ditayangkan secara langsung di jam prime time atau waktu di mana masyarakat Indonesia paling banyak menonton televisi.

Gebrakan Vivo juga dilakukan melalui sederet artis yang menjadi pengisi acara seperti Afgan, Prilly Latuconsina, hingga Agnes Monica yang memang menjadi brand ambassador Vivo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini Vivo mengulang gebrakan yang sama, namun dengan produk berbeda yakni Vivo V9. Bedanya lagi, kali ini acara peluncuran dilakukan di Candi Borobudur dan menambah jumlah siaran langsungnya menjadi 12 stasiun televisi dan beberapa platform digital.



Gencarnya Vivo soal promosi produk ini mengundang pertanyaan berapa nilai investasi yang dikucurkan perusahaan? Disodorkan pertanyaan tersebut, General Manager for Brand and Activation Vivo Indonesia, Edy Kusuma, menjawab secara diplomatis.

"Sekitar impact yang akan terjadi setelah acara ini dilakukan, misalnya, ternyata Borobudur semakin terkenal dan membantu ekonomi masyarakat sekitar, dan ekonomi masyarakat sekitar membaik, pemasukan APBD di situ meningkat, itulah value yang tidak ternilai angka yang kita keluarkan sekarang," ujar Edy di Kembang Goela, Jakarta, Senin (26/3/2018).

Ditanya lebih lanjut soal dampak yang dihasilkan dari aksi jor-joran Vivo, Edy mengungkap yang terpenting adalah pesan atau tujuan yang ingin dicapai perusahaan terpenuhi. Untuk acara di Borobudur nanti, ia menjelaskan tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga cagar budaya Candi Borobudur.

Di Balik Promosi Jor-joran VivoVivo V9. Foto: Agus Tri Haryanto/inet


Memang, sebagaimana dikatakan oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud, Nadjamudin Ramli, saat ini banyak ditemukan perilaku wisatawan yang dianggap menyimpang seperti mengambil video secara diam-diam, melakukan gerakan akrobatik, bahkan kencing di atas stupa.

"Jangan sampai ada yang melakukan perilaku menyimpang, perilaku yang tidak terpuji, karena saat ini banyak kita temukan pengunjung Borobudur itu melakukan justru perusakan," ujar Ramli di kesempatan yang sama.



"Ada yang melakukan shooting diam-diam dengan cara kamera tersembunyi, melakukan gerakan-gerakan akrobatik, lalu juga berdiri di atas stupa, bahkan ada yang lebih nyeleneh lagi pipis di stupa Borobudur," paparnya.

Soal dampaknya kepada Vivo, Edy menjelaskan bahwa produknya bakal semakin dikenal masyarakat dan otomatis bisa mendompleng penjualan produk. Hanya saja saat ditanya detail, ia juga enggan memberikan data spesifik.

Anggapan Vivo sedang membakar uang pun ditepisnya dengan santai. "Enggak lah kalau bakar duit sayang dong (uangnya)," kata Edy diselingi tawanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan hanya sedang memaksimal dana yang dimilikinya. Dengan dana terbatas, kata Edy, pihaknya berusaha menghadirkan sesuatu yang terlihat megah namun tak banyak mengeluarkan banyak uang.



"Jadi yang bisa kita lakukan adalah ini berkaitan dengan kreativitas kita sebagai tim marketing yang ada di dalam Vivo untuk memberdayakan budget tersebut, kalkualsinya, pehitungannya. Jadi yang kita lakukan akan kelihatan besar tapi sebenarnya tidak besar," ujarnya.

Dari promosi jor-joran yang dilakukan Vivo, Edy mengaku yang paling utama adalah pesan yang ingin disampaikannya bisa diterima oleh masyarakat dan bisa menghasilkan dampak positif.

"Hal yang harus kita pikirkan adalah message. Yang kedua dampaknya, dan ketiga bagaimana maksud dan tujuan kita ter-delivered. Itu yang kita fokuskan dibanding angka," pungkasnya.

(fyk/rou)