Garmin sendiri sebenarnya sudah sejak 20 tahun lalu eksis di Indonesia. Namun baru belakangan ini perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini melirik segmen mobile. Managing Director Garmin Asia Selatan Engelhard Sundoro menyebutkan, keputusan ini tak lepas dari permintaan pasar akan wearable gadget yang semakin meningkat.
"Karena kami lihat ada shifting dari sisi teknologi. Jaman berubah, ya kita sebagai company juga harus berubah," ujar Engelhard, di Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (23/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: detikINET/Yudhianto |
Di sisi lain, Erajaya juga menyambut gembira kerjasamanya dengan Garmin. Pasalnya, kolaborasi keduanya membuka peluang baru di segmen wearable yang memang mulai menanjak di Indonesia. Bahkan Djatmiko Wardoyo, perwakilan dari Erajaya menyebut perusahaannya sampai membentuk divisi khusus yang disiapkan untuk menangani segmen wearable.
"Sejak tahun (2016) lalu kami sudah mulai melihat segmen IoT (Internet of Things) dan device-nya. Kami telah membuat divisi bisnis baru, untuk memetakan dan mengetahui kebutuhan konsumen," kata pria yang kerap disapa Koko tersebut.
Foto: detikINET/Yudhianto |
Head of IoT Erajaya Group Gabriella Halim menambahkan, segmen aksesori yang termasuk di dalamnya adalah wearable gadget dan perangkat IoT menunjukkan tren positif di 2016 lalu. Peningkatannya tercatat mencapai 30%. Gabriella berharap tahun 2017 bisa mencetak kenaikan yang sama.
"Growth aksesori di 2016 lalu sekitar 30%. Kami harapkan di tahun 2017 ini meningkat, apalagi setelah menggandeng Garmin, kami optimistis bisa mencapai (peningkatan) angka yang sama (dengan 2016)," jelas Gabriella. (rns/rns)
Foto: detikINET/Yudhianto
Foto: detikINET/Yudhianto