Kembalinya Nokia 3310 jadi pusat perhatian. Bahkan sampai mengalihkan perhatian dari trio Android, Nokia 6, Nokia 5, dan Nokia 3 yang diluncurkan bersamaan.
Bukan apa-apa. Pasalnya, fitur yang ditawarkan 3310 ini jelas tak ada apa-apanya dibandingkan dengan smartphone lain. Sistem operasi yang diusung cuma S30, bahkan koneksinya pun cuma 2,5G.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran jika HMD Global, produsen asal Finlandia yang memproduksi Nokia 3310 ini, cuma membanderolnya seharga 49 euro atau sekitar Rp 700 ribu. Tak seperti ponsel lain yang harganya jutaan rupiah.
Arto Nummela, CEO HMD pun ikut memberikan penjelasan. "Ponsel Nokia 3310 ini hampir seperti detoks digital atau telepon liburan," ujarnya seperti detikINET kutip BBC, Senin (27/2/2017).
Ya, di saat produsen lain berlomba-lomba menawarkan kecanggihan, Nokia seperti ingin penggunanya rehat sejenak dan menjadikan 3310 ini sebagai pilihan kedua untuk bersantai di tengah hiruk pikuk digital.
Numella pun mengibaratkan Nokia 3310 ini layaknya permen yang dipajang di rak toko saat kita hendak membayar belanjaan kita di kasir. Karena tergoda, bisa saja kita iseng membelinya.
"Anda seperti melihat permen yang menggantung di rak di kasir, maka bisa saja Anda membelinya sebagai aksesori (untuk ponsel kedua Anda)," ujarnya santai tanpa mematok target.
Nokia 3310 sendiri melakoni debutnya pada 17 tahun yang lalu. Waktu itu ponsel ini laris terjual sebanyak 126 juta unit sebelum akhirnya 'dikubur' oleh Nokia pada 2005 silam.
(rou/yud)