Seperti diketahui, agar produsen gadget bisa berjualan ponsel di Indonesia, mereka harus memenuhi syarat TKDN, di mana ponsel 4G minimal harus memiliki kandungan lokal sebesar 20% di tahun 2016 dan 30% di tahun 2017. Hal ini tentu berlaku untuk produsen gadget manapun, tak peduli dalam atau luar negeri.
Axioo sendiri selama ini belum pernah berjualan ponsel 4G. Meski sudah memiliki dua pabrik perakitan yang berada di Pulo Gadung dan Bizpark, keduanya belum sanggup memenuhi aturan TKDN. Inilah yang diharapkan bisa terpenuhi di pabrik terbarunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk bisa mencapai 30% TKDN, Samuel mengatakan telah menyiapkan berbagai macam strategi. Salah satunya adalah dari sisi software, di mana nantinya Axioo akan memberikan user interface sendiri dan aplikadi bawaan.
"Proses perakitan itu sendiri nantinya juga punya nilai TKDN sendiri. Dan juga nanti kami akan tambahkan nilai dari R&D," ujar Samuel.
Diakui Samuel, dua pabrik perakitan yang sudah ada memang tidak dipakai untuk merakit smartphone. Dua pabrik lawasnya itu dipakai untuk merakit PC dan memori. Untuk merakit smartphone, Axioo selama ini lebih sering mengimpor dari Shenzen, China.
Pabrik Axioo yang terletak di Jalan Inspeksi Tinggi, Cakung, Jakarta Timur ini memiliki luas tanah 10.900 meter persegi. Pembangunan pabrik akan dilakukan secara bertahap dengan nilai investasi lebih dari Rp 100 miliar.
Kapasitas produksinya bisa mencapai tiga sampai empat ribu per hari. Namun, Samuel mengatakan bahwa itu merupakan kapasitas di awal pembangunan. Ketika nanti sudah rampung sepenuhnya bisa mencapai 25 hingga 30 ribu per hari.
![]() |
Tak Takut Dibilang Ketinggalan
Axioo memang baru akan merakit ponsel 4G setelah pabrik anyarnya jadi, di mana itu ditargetkan terjadi di pertengahan tahun 2017. Meski demikian, Axioo mengaku tak takut merasa tertinggal dari produsen lain yang sudah lebih dulu bikin ponsel 4G.
"Kalau kita bicara 4G ketinggalan atau tidak, dalam kenyataannya cakupan 4G kan sekarang masih terbatas. Kalau dilihat mungkin saat ini 80% lebih ponsel yang beredar masih 3G. Jadi tidak masalah," pungkasnya (mag/rou)