Regional General Manager (South Eastasia) Printer and visual Instruments Division Epson Singapore Siew Jin Kiat mengatakan, pihaknya memiliki strategi agar tidak senasib dengan Google Glass. Sebab kacamata Epson lebih menyasar kalangan enterprise, pemerintah dan edukasi.
Selain itu antara Google Glass dan Moverio sangatlah berbeda, terutama soal hardware. Kacamata pintar Google itu hanya memiliki layar kecil di bagian ujung atas. Sementara Moverio menghadirkan gambar pada lensa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Epson sendiri mulai menggarap kacamata pintarnya sejak 2011. Kala itu mereka merilis Moverio BT-100. Pengembangan pun berlanjut dengan dirilisnya Moverio BT-200 di tahun 2014. Kacamata ini 60% lebih ringan dari pendahulunya.
Dua tahun berikutnya Epson merilis Moverio Pro BT-2000. Kacamata pintar ini menyasar kalangan enterprise. Barulah Februari 2016, vendor asal Jepang itu meluncurkan Moverio BT-300.
![]() |
Seperti diketahui Moverio BT-300 dibuat dari silicon OLED, menjadikannya kacamata pintar binocular yang tampak tembus pandang. Epson menyematkan micro proyektor yang ditempatkan pada setiap sisi dari kacamata.
Teknologi tersebut memproyeksikan lapisan transparan dari konten digital secara langsung pada lingkungan nyata dari pengguna. Perangkat ini dapat dioperasikan tanpa bantuan tangan atau hands free.
Epson membekali kacamata pintarnya tersebut dengan prosesor quad core Intel Atom yang menjalankan Android 5. Sejumlah sensor pun turut disematkan untuk mendeteksi dimensi dan posisi ruang objek yang saling berhubungan satu sama lain.
Vendor asal Jepang ini memasang kamera 5 megapixel di bagian kanan untuk merekam situasi sekitar. Selain itu, terdapat baterai yang dapat bertahan hingga enam jam penggunaan untuk memutar konten 3D yang berat.
Bagian paling menarik dari Moverio BT-300 adalah integrasi dengan aplikasi DJI Go. Alhasil, pilot akan dapat mengarahkan posisi terbang lewat kacamata pintar ini.
Rencananya, Epson akan merilisnya ke pasar Asia Tenggara pada awal kuartal pertama 2017. Perusahaan asal Jepang ini membanderol Moverio BT-300 cukup mahal, sekitar USD 1.000 atau Rp 13 jutaan. (afr/ash)