Namun bukan malah menekan biaya, upaya tersebut dinilai malah memaksa vendor untuk mengeluarkan investasi yang lebih tinggi untuk mewujudkan ponsel 'Made in Indonesia'.
Di antara sejumlah vendor, Oppo menjadi salah satu vendor yang mendirikan pabrik perakitan di daerah Mauk, Tangerang, Banten. Dengan luas 2.700 meter persegi, pabrik yang didirikan dengan investasi USD 30 juta atau sekitar Rp 393 miliar ini merupakan pabrik kedua setelah di Zhanchen, China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sudah lega karena telah memenuhi persyaratan TKDN, Oppo mengaku bahwa merakit ponsel di Indonesia ternyata menghasilkan biaya produksi yang lebih tinggi ketimbang mengimpor ponsel bulat-bulat. Hal ini disampaikan oleh Public Communication Oppo Indonesia Suwanto kepada detikINET ketika berkunjung ke pabriknya, Jumat (22/7/2016).
"Kalau dihitung-hitung, merakit di sini biaya produksinya lebih mahal. Kami jadi harus mengimpor part per part dan itu masing-masing kena pajak. Beda jika kami mengimpor ponsel yang sudah jadi utuh," papar Suwanto.
Pabrik ponsel Oppo di Tangerang, Banten. |
Kalau sudah begitu, lanjut Suwanto, Oppo tidak mungkin menaikkan harga. "Konsumen sekarang sudah pintar. Mereka mungkin bisa ngecek harga di luar dan membandingkan dengan harga di sini. Tidak mungkin kami jual lebih mahal," tutur Suwanto.
Senada dengan Suwanto, CEO Oppo Indonesia Ivan Lau juga mengakui bahwa ongkos produksi di Tanah Air lebih tinggi. "Sedikit lebih tinggi. Karena mungkin pabrik kami baru satu tahun beroperasi. Dan ke depannya, seiring berjalannya waktu kami mungkin akan menemukan celah untuk menekan biaya produksi," terang Lau di kesempatan yang sama.
Pabrik Oppo ketika dikunjungi tim detikINET sudah memiliki 24 lini produksi dengan masing-masing ditargetkan mampu memproduksi sekitar 90 sampai 100 unit ponsel setiap jamnya. Setiap bulannya ke-24 lini itu mampu menghasilkan atau memproduksi 500.000 unit ponsel. (mag/ash)
Pabrik ponsel Oppo di Tangerang, Banten.