Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Meski Inovatif, Mengapa LG G5 Kurang Bersinar?

Meski Inovatif, Mengapa LG G5 Kurang Bersinar?


Fino Yurio Kristo - detikInet

Foto: detikINET - Anggoro Suryo Jati
Jakarta - Saat diumumkan di ajang Mobile World Congress awal tahun ini di Barcelona, LG G5 menuai decak kagum. Konsep modularnya, di mana ada berbagai aksesoris menarik yang bisa dilepas pasang, belum pernah ada sebelumnya. Tak salah kalau LG berharap banyak.

Namun sayang, penjualan awal G5 terindikasi seret. Bahkan menurut media Korea Times, memaksa LG memberhentikan eksekutifnya yang dianggap bertanggungjawab serta melakukan restrukturisasi manajemen untuk mencari solusi.

"Anda tak bisa menyalahkan LG untuk mencoba sesuatu yang baru. LG G5 adalah satu satunya smartphone yang diproduksi massal, yang sungguh berbeda dengan yang lain, namun itu tampaknya tidak meyakinkan orang untuk membelinya," sebut Stan Schroeder dari media teknologi Mashable.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika sudah inovatif begitu, mengapa G5 gagal memenuhi ekspektasi soal penjualan? Stan menyebut ada dua kemungkinan jawaban. Pertama G5 bukan smartphone modular sejati dan harga aksesorinya mahal.
LG G5 SE
"LG G5 lebih ke soal bisa diekspansi ketimbang modular. Anda tak bisa mengganti prosesor atau kameranya. Anda memang bisa menambah fungsionalitas baru seperti modul kamera atau musik, namun modul tambahan itu butuh biaya dan tak setiap orang siap mengeluarkan uang tambahan untuk fitur ekstra setelah membeli smartphone baru," tulis Stan.

Maka konsep modular yang diusung oleh LG G5 mungkin banyak dinilai sebagai gimmick marketing saja. Lagipula selain mahal, modul G5 tidak langsung tersedia di pasaran.

Itulah mungkin faktor penyebab melempemnya G5 di pasaran. Analis pun menurunkan proyeksi penjualan dari penerus G4 tersebut.

"Estimasi pengapalan G5 untuk kuartal kedua tahun ini tetap 2,2 juta unit, di bawah ekspektasi sebelumnya sebesar 3 juta. Ini karena respons pasar ke G5 melemah dan perusahaan ini gagal berkompetisi dengan kampanye promosi agresif dari rival," sebut Cho jin ho, analis di Mirae Asset Securities. (fyk/asj)







Hide Ads