Jangan Ikuti Nasib Buruk BlackBerry Android, Nokia!
Hide Ads

Jangan Ikuti Nasib Buruk BlackBerry Android, Nokia!

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 07 Jun 2016 14:17 WIB
Foto: The Verge
Jakarta - Banting setir menggunakan sistem operasi terpopuler dunia yakni Android, sekilas adalah langkah mudah untuk menarik minat pembeli. Tapi kadang tak seperti itu kenyataannya, tanyakan saja pada BlackBerry.

September tahun lalu, BlackBerry merilis Priv, handset Android perdananya. Keunggulan handset BlackBerry yang membuat mereka berkibar di masa lalu, semua dibenamkan. Dari keyboard fisik yang harus diakui memang bagus sampai sekuriti yang diklaim ampuh.

Harganya tak murah, USD 699. Mungkin BlackBerry berpikir kebesaran nama mereka di masa lalu dipadu sistem operasi terpopuler di dunia, membuat banyak orang tetap akan membelinya. Namun itu tak terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Justru setelah Priv datang, BlackBerry anjlok. Di kuartal IV tahun fiskalnya yang berakhir 29 Februari lalu, BlackBerry hanya menjual 600 ribu smartphone. Jumlah itu di bawah target 850 ribu dan juga di bawah jumlah terjual di kuartal sebelumnya. Kegagalan Priv mungkin harus dibayar mahal, tutupnya divisi handset BlackBerry.

"Fokus nomor satu saya adalah untuk tetap tinggal di bisnis hardware sampai melampaui bulan September, tapi saya juga realistis, saya tidak akan tetap di bisnis ini dan terus merugi," kata CEO BlackBerry John Chen.

Pelajaran untuk Nokia

Nasib Priv ini mungkin harus membuat Nokia waspada. Seperti diberitakan sebelumnya, Nokia yang kini fokus di bisnis infrastruktur telekomunikasi, akan kembali membuat ponsel. Mungkin rilisnya tahun depan. Sama seperti BlackBerry, Nokia banting setir memakai Android.

Sama seperti BlackBerry juga, Nokia adalah nama besar di masa silam. Namun kegagalan BlackBerry memasarkan Android di segmen high end bisa menjadi pelajaran berharga. Sepertinya, Nokia tak boleh bernafsu langsung membuat handset Android premium.

"Smartphone solid untuk kelas mid to high mungkin tak akan menyamai Galaxy S7 atau iPhone 7, namun akan menandingi nama seperti HTC dan Xiaomi. Merek Nokia masih kuat di negara berkembang dan mungkin mereka berpotensi masuk sepuluh besar produsen ponsel tahun depan," saran Ewan Spence dari Forbes.

"Kekuatan Nokia adalah nostalgia, ketika ponselnya bisa lama hidup dalam sekali isi ulang, ketika game terbaik di dunia adalah Snake dan ketangguhan bodinya. Itulah jenis ponsel yang perlu dibawa kembali oleh Nokia ke pasar," tutur Ewan.

"Lupakan iPhone atau Galaxy, tim yang baru ini bisa saja membangkitkan kembali handset semacam Nokia 3310. Ponsel ini dulu terjual lebih dari 126 juta jadi jelas ada permintaan. Sebuah handset yang kecil, konstruksi tangguh, yang menjalankan Android, bisa menjadi handset tipikal Nokia yang dibutuhkan pasar," pungkasnya.

(fyk/ash)