Lepas dari Microsoft, Apakah Nokia bakal Sukses?
Hide Ads

Lepas dari Microsoft, Apakah Nokia bakal Sukses?

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Senin, 23 Mei 2016 13:59 WIB
Foto: Gettyimages - Justin Sullivan
Jakarta - Salah satu hal yang membuat pamor Nokia merosot adalah pilihan sistem operasi yang mereka pakai di ponsel buatannya, yaitu Windows Phone.

Memang, pasar Nokia sudah merosot sejak 2007, saat Apple pertama meluncurkan iPhone. Nokia saat itu masih bersikukuh menggunakan OS Symbian -- sempat juga menggunakan Meego -- sampai Februari 2011, yaitu saat mereka kemudian memutuskan untuk memakai Windows Phone.

CEO Nokia saat itu, Stephen Elop memilih Windows Phone sebagai sistem operasi utama di ponsel Nokia, dan Symbian terdegradasi menjadi OS untuk ponsel kelas bawah Nokia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, Windows Phone ternyata tak bisa berkembang. Tak banyak orang yang memakai OS tersebut, sehingga para developer aplikasi pun seperti tak tertarik untuk membuat aplikasi di platform tersebut.

Seandainya saja Elop saat itu memilih Android sebagai sistem operasi utama, bukan tak mungkin Nokia saat ini bisa bersaing dengan vendor ponsel Android besar seperti Samsung. Bisnis ponsel Nokia malah kemudian dijual ke Microsoft, yang kemudian mendepak nama Nokia dan hanya menyisakan brand Lumia.

Dan kini, Microsoft pun kembali menjual bisnis ponsel Nokia itu, pembelinya adalah FIH Mobile yang merupakan subsidiary dari manufaktur elektronik terbesar dunia, Foxconn. Dan ponsel buatannya di masa yang akan datang sudah dipastikan adalah Android.

"Portfolio smartphone dan tablet HMD akan merupakan produk Android, menyatukan salah satu merek ponsel ikonik dunia dengan sistem operasi dan komunitas pengembang aplikasi terkemuka," demikian pernyataan Nokia.

Langkah ini mungkin akan bisa menaikkan pamor Nokia, mengingat Android adalah sistem operasi yang paling populer di dunia saat ini. Data statistik menyebutkan 4 dari 5 smartphone yang beredar saat ini menggunakan platform si robot hijau.

Tak cuma ponsel kelas menengah dan atas yang akan mendapat keuntungan dari perpindahan pemilik tersebut. Bisnis feature phone Nokia pun seharusnya akan mendapat perhatian lebih besar, ketimbang saat dimiliki oleh Microsoft.

Wajar memang jika Microsoft saat itu lebih memprioritaskan smartphone ketimbang feature phone, karena mereka tentu akan memilih untuk mendorong perkembangan Windows Phone-nya.

Namun tentu comeback Nokia ke bisnis ponsel ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Kolumnis teknologi The Telegraph James Titcomb mengatakan, bahkan pabrikan besar seperti Sony dan LG masih berusaha keras untuk mempunyai dampak yang besar di pasar ponsel.

"Motorola dan BlackBerry, dua perusahaan pembuat ponsel yang dulunya hebat pun tak bisa meraih kembali kejayaannya, dan tak ada alasan khusus apakah hal ini akan berbeda dengan Nokia," tulis Titcomb dalam kolomnya itu. (asj/ash)