Lantas, apa sejatinya pertimbangan calon konsumen sehingga akhirnya bisa memutuskan, "Oke, ini ponsel yang akan saya beli".
Gadget Enthusiast Lucky Sebastian coba berbagi pengalaman terkait fenomena ini. Terlebih Lucky sebelumnya juga punya pengalaman sebagai pemilik toko ponsel di Bandung, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum mereka akan memilih brand yang tidak asing di telinga, atau setidaknya jika brand baru, si calon konsumen mendapat referensi dari teman atau keluarga atau hasil membaca review media.
"Sebagian jika mendapat pengalaman baik dengan brand sebelumnya, cenderung akan stay di brand yang sama," ujarnya saat berbincang santai dengan detikINET, Kamis (25/2/2016).
Secara umum, lanjut Lucky, sebagian besar konsumen hanya melihat dan mengerti spesifikasi di tingkat permukaan. Misalnya berapa besar RAM, berapa besar memori, apakah sudah quadcore atau octacore, berapa resolusi layar, berapa megapixel kamera, tetapi belum spesifik mengerti teknologi yang dipakai masing-masing hardware tersebut.
Sementara mereka yang lebih mengerti lebih jauh, jumlahnya sebenarnya lebih kecil dari pasar yang sekarang ada. Tetapi setiap tahun pemahaman orang yang semakin mengerti memang semakin banyak.
Sepertinya karena beberapa pengalaman menggunakan smartphone membuat mereka ingin tahu lebih banyak, dan semakin banyak informasi juga lebih mudah didapat sekarang dari media online.
"Misalnya dulu pembeli smartphone tidak akan bertanya soal RAM, tetapi sekarang mereka akan menjadikan jumlah RAM yang tersedia menjadi pilihan," Lucky menambahkan.
Adapun di tingkat high end, penggemar smartphone memang mudah tergoda untuk mencoba teknologi yang lebih baru dan memberikan performa sekaligus fitur terkini. Pada level ini, smartphone tak sekadar tools, tetapi sudah menjadi juga bagian dari 'jati diri'.
Nah, pada level high end ini, mereka cenderung lebih banyak memilih, mana yang menurut mereka terbaik dan cocok dengan kebutuhan dan karakter diri mereka.
"Level high end ini menjadi yang paling demanding, mereka menginginkan yang 'ter' (entah itu tercepat, terbesar atau lainnya-red.)," lanjut Lucky.
Kemudian, belakangan pasar ponsel semakin semarak dengan munculnya perangkat di level middle to high yang menggoda. Dimana target pasarnya adalah mereka yang belum rela mengeluarkan kocek untuk device paling high end, tetapi demand terhadap barang bagus sudah tinggi.
Biasanya konsumen di tingkat ini adalah konsumen yang sudah cukup punya pengalaman pada beberapa device sebelumnya, jadi mereka setidaknya sudah mulai tidak mudah kompromi pada device-device low end. Misalnya sudah memperhatikan desain, bahan yang digunakan, kamera yang diusung, dan lainnya.
"Konsumen ini yang sekarang banyak setia terhadap brand global, karena memiliki device middle end yang sekarang ini semakin berani tampil lebih mewah seperti high end," kata Lucky.
Sebagian lebih kecil konsumen di middle to high ini juga menjadi konsumen yang berpaling ke level high end, tetapi brand dari China, karena harganya yang dianggap lebih terjangkau.
"Secara umum sih konsumen memilih smartphone dengan pilihan desain bagus, kamera bagus, layar bagus, baterai cukup, aksesori mudah," pungkasnya. (ash/fyk)