Alasan LG Tak Bangun Pabrik Smartphone di Indonesia
Hide Ads

Laporan dari Seoul

Alasan LG Tak Bangun Pabrik Smartphone di Indonesia

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 17 Feb 2016 10:19 WIB
Foto: detikINET/LG
Seoul - Pendirian pabrik di Indonesia menjadi opsi sejumlah vendor smartphone untuk mematuhi aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). LG, punya caranya sendiri.

Ditemui di sela acara LG Innofest 2016 Asia, President Director LG Electronic Indonesia Jaeyoung Lee berbagi pandangan soal pendirian pabrik smartphone di Indonesia. Bagi perusahaan asal Korea Selatan ini, mendirikan pabrik smartphone akan tidak efisien dan malah memberatkan.

"Karena sayangnya pangsa pasar kami untuk mobile phone tidak terlalu besar dan tidak cukup kuat bagi kami jika harus membangun pabrik dalam skala besar," Lee mengungkap alasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Lee tidak menutup kemungkinan jika suatu saat LG Indonesia akan mendirikan pabrik smartphone sendiri di Indonesia, sehingga ongkos pemasarannya akan lebih mudah dan murah.

"Sambil menunggu itu, kami memproduksinya dari OEM. Meski begitu, kualitas kontrol dan setiap komponennya berasal dari Korea. Jadi ini produk asli, hanya perakitannya saja yang bekerjasama dengan mitra kami di Indonesia," terang Lee.

LG Indonesia saat ini punya dua pabrik yang berlokasi di Cibitung, Bekasi. Namun keduanya bukan pabrik smartphone, melainkan untuk produksi kulkas, mesin cuci, pendingin ruangan, TV, audio dan monitor.

Aturan TKDN memang tak melulu soal pabrik. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara beberapa waktu lalu sempat menyebutkan poin tersebut.

Saat pertama kali dikemukakan, aturan TKDN untuk smartphone 4G memang cukup membuat heboh. Banyak yang menilai pendirian pabrik di Indonesia menjadi satu-satunya opsi bagi vendor ponsel untuk menaati aturan tersebut.

Rudiantara menegaskan, aturan yang bakal diberlakukan pada 1 Januari 2017 ini bukan berarti memaksa vendor ponsel untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia.

"Kalau TKDN kita konsepnya hanya merelokasi manufaktur maka kita cuma akan jadi blue collar (kerah biru) pada 5-10 tahun ke depan," ujarnya beberapa waktu lalu.

Disebutkan Rudiantara, pihaknya lebih terfokus pada non hardware. Lagipula, pemerintah harus realistis terhadap model global supply chain sekarang ini, di mana orang tidak peduli pabrik dan pasokan dari mana, melainkan lebih melihat pasarnya. (rns/fyk)
Berita Terkait