Jadi maksudnya adalah, Samsung akan merampingkan model-model ponselnya berdasarkan segmentasinya. Hal ini sudah kelihatan di varian ponsel Samsung sekarang yang diisi oleh seri Galaxy J dan Galaxy A untuk segmen menengah hingga menengah-atas.
"Keputusan ini berdasarkan masukan dari konsumen yang selama ini kerap dibingungkan oleh model yang terlalu banyak," kata Vebbyna Kaunang, IT & Mobile Marketing Director, Samsung Indonesia, di Bluegrass, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vebbyna memang tak serta-merta mengiyakan strategi ini, namun ia mengatakan kemungkinan penamaan model secara konsisten akan dilakukan Samsung. Produk baru dibandingkan yang lama akan dibedakan berdasarkan embel-embel tahun peluncuran di belakangnya, seperti yang sudah diadaptasi seri Galaxy A.
"Kemungkinan kami akan mengkonsisten nama-nama produk ponsel kami. (Meski model baru, namanya) akan tetap konsisten. Contoh (konsistensi nama) yang sudah berjalan adalah seri (flagship) Galaxy S, dan Galaxy Note," ujar Vebbyna.
Segmentasi berdasarkan lifestyle, bukan rentang harga
Strategi lainnya yang dibeberkan Samsung adalah segmentasi penggunanya yang kini dibedakan berdasarkan gaya hidupnya. Jadi Samsung sepertinya tak akan lagi mengkategorikan calon konsumennya berdasarkan rentang harga.
"Sekarang kami melihat konsumen berdasarkan keinginannya. Ada konsumen yang butuh ponsel (untuk) gaya, tapi ada juga yang hanya peduli dengan fungsinya," jelas Vebbyna.
Strategi ini sendiri memang sudah terlihat di jajaran ponsel Samsung sekarang. Terdapat satu atau dua model ponsel Samsung dengan seri berbeda yang secara harga bersinggungan sama lain. Namun kalau melihat desain dan fitur yang diusungnya, bisa dibilang ponsel tersebut memang mengincar segmen pengguna yang berbeda.
Atau secara umum bisa dilihat pada seri Galaxy A yang lebih menyasar kaum milenial yang aktif, dibandingkan dengan seri Galaxy J yang tampak lebih mengincar segmen pengguna yang lebih umum. (yud/fyk)