Untuk bersantai menikmati film secara streaming di Netflix, butuh bandwidth dan kuota internet yang tidak sedikit. Namun di balik itu semua, ada harapan bahwa Netflix bisa beroperasi di Indonesia dengan menggandeng operator telekomunikasi dan penyedia jasa internet lokal.
Seperti dilansir situs Netflix, pelanggan membutuhkan koneksi Internet minimal 0,5 Mbps untuk dapat mengakses konten film yang tersedia. Kecepatan internet juga dikatakan mempengaruhi kualitas film yang akan ditonton.
Dengan kondisi internet di Indonesia saat ini yang belum sepenuhnya 4G, pegiat teknologi Onno Widodo Purbo berpendapat, pelanggan masih bisa mengakses Netflix melalui ponselnya dengan kualitas Standard Definition (SD).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di lain kesempatan, Tri Wahyuningsih, General Manager Corporate Communication XL Axiata mengakui telah terjadi lonjakan akses data yang signifikan sejak Netflix membuka aksesnya untuk wilayah Indonesia. Rata-rata tiap pelanggan XL mengakses Netflix dengan menghabiskan kuota internet 800MB per hari.
"Pelanggan yang akses Netflix sejak tiga hari pertama setelah launching rata-rata di atas 10 ribu pelanggan. Itu naik lebih dari 1.000%. Kalau sekarang, seminggu setelah launch, rata-rata tinggal lima ribuan pelanggan," ungkapnya saat berbincang dengan detikINET, Selasa (19/1/2016).
Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri hingga saat ini masih mengkaji tiga opsi sejak kehadiran Netflix. Opsi pertama adalah Netflix harus memiliki izin sebagai penyelenggara konten provider dengan syarat harus menjadi badan usaha tetap atau bekerjasama dengan operator.
Kedua, Netflix cukup mendapat izin menteri. Dan ketiga, Netflix harus mendaftar sebagai penyelenggara sistem elektronik dengan ketentuan konten yang dimuat harus sesuai dengan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
XL sendiri mengaku terbuka untuk bekerja sama dengan Netflix. "Kami terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun," lanjut Ayu, panggilan akrab Tri Wahyuningsih.
Peluang kerja sama antara operator maupun penyedia akses internet lokal dengan Netflix juga dinilai memungkinkan oleh Satriyo Wibowo, Anggota Gugus Tugas IPv6 Indonesia.
Dalam perbincangannya dengan detikINET, Selasa (19/1/2016), ada beberapa poin yang bisa ia komentari mengenai Netflix dari cara pandang teknologi, termasuk soal kemungkinan menggandeng Netflix.
Netflix, menurutnya, seperti layanan YouTube, Spotify, dan provider video streaming lainnya yang menggunakan teknologi unicast traffic (one to one) di mana server akan memberikan layanan ke tiap pelanggannya secara khusus.
Berbeda dengan broadcast (one to all) dimana server mengirimkan datanya ke semua pihak diminta atau tidak (seperti layanan televisi) atau multicast (one to many) dimana server mengirimkan kontennya kepada satu grup berlangganan.
Multicast sebenarnya memberikan keuntungan yang lebih di sisi efektivitas bandwidth, namun prakteknya hanya efektif dilakukan pada jaringan di satu ISP saja.
Seperti dikutip dari Marketrealist, Netflix tahun lalu menguasai 37% trafik internet di Amerika. Karena rakus bandwidth, dengan semakin banyaknya pelanggan di satu wilayah yang menuntut layanan HD maupun Ultra HD, Netflix menurutnya harus bekerja sama (peering) dengan ISP lokal untuk membuat cache server melalui program Open Connect.
"Inilah kesempatan bisnis bagi ISP Indonesia sekaligus peluang bagi Kominfo untuk menegakkan tata kelola interkoneksi, peraturan bisnis konten, perlindungan konsumen, sensor pornografi, dan e-taxation," kata Bowo, panggilan akrab Satriyo Wibowo.
Netflix, menurutnya, sudah mendukung IPv6 yang memang didesain untuk teknologi video streaming ini dengan dukungan akan kebutuhan IP Address publik yang semakin tinggi.
"Adanya fitur jumbo frame yang mengurangi lag dan fragmentasi paket internet, fitur sekuriti enkripsi dan enkapsulasi yang sudah embedded, serta meniadakan fungsi NAT yang memperlambat trafik," pungkas Bowo. (rou/fyk)