Menurut Qualcomm, hal itu tak akan terjadi lantaran digunakannya teknologi Intelligent Negotiation for Optimum Voltage (INOV) di Quick Charge 3.0. INOV untuk mencari voltase tepat yang disalurkan ke baterai ponsel yang akan diisi ulang.
"Setiap baterai punya batasan voltase yang berbeda, dan INOV akan mencari voltase yang optimal untuk tiap perangkat. Jadi, Quick Charge 3.0 bisa memasukkan daya lebih banyak ke dalam baterai, bukan membuang daya ke tempat lain," ujar Ev Roach Senior Director Product Management Qualcomm, saat ditemui detikINET di Hong Kong, Rabu (17/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Roach menyebut bahwa untuk membuat charger bisa mentransfer voltase yang lebih tinggi, dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Jadi, secara tidak langsung, charger dengan standar Quick Charge 3.0 yang bisa mengisi baterai dengan cepat akan dijual dengan harga yang lebih mahal juga.
Tak cuma itu, Quick Charge 3.0 juga memungkinkan untuk dibuatnya satu charger untuk banyak perangkat, seperti ponsel, tablet, juga laptop. Hal tersebut bisa terjadi jika Quick Charge 3.0 digabungkan dengan USB-type C yang sudah digunakan di beberapa jenis perangkat.
"Kami menyukai konsep tersebut (USB type-C dan Quick Charge 3.0) karena nantinya, kamu cukup membawa satu charger untuk semua perangkat," ujar Roach. Ini juga bisa terjadi karena penggunaan chip Quick Charge 3.0 tak terbatas pada perangkat yang menggunakan prosesor Snapdragon.
(asj/ash)











































