Ya, Samsung memutuskan tak lagi menggunakan jasa Snapdragon di ponsel flagshipnya. Dulu saat eranya Galaxy S5, Samsung masih punya dua versi, Snapdragon dan Exynos yang disebar ke negara tujuan berbeda.
Dipercaya oleh ponsel paling mahal milik penguasa pasar tentu menjadi hal prestis tersendiri bagi produsen prosesor. Begitu pula sebaliknya, ketika ia tak lagi dilirik, tentu ini menjadi sorotan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kompetisi sedang bagus," singkatnya. Qualcomm memang tak lantas bersedih hati setelah ditinggal Samsung, mereka kini punya partner sepadan setelah jadi penyedia prosesor LG G4 yang baru saja diluncurkan.
LG G4 menggunakan prosesor Qualcomm Snapdragon 808, yang lebih rendah dibanding Snapdragon 810. Ini adalah prosesor 64 bit dengan enam inti, terdiri dari dual core Cortex-157 dan quad core Cortex-153.
Entah ini sebagai pesan psywar atau bukan, saat peluncuran G4, LG mengklaim bahwa mereka bersama Qualcomm sudah mengoptimasi prosesor ini sehingga kinerjanya lebih tinggi dibanding Exynos 7420 yang digunakan di Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge.
Namun sayangnya klaim LG tersebut tidak dibarengi dengan hasil benchmark dari perangkat tersebut. Sementara Galaxy S6 Edge ketika di-benchmark oleh detikINET menggunakan AnTuTu bisa mencapai angka 68 ribu.
Kembali ke Paul Jacobs. Ia berujar bahwa kolaborasi Qualcomm dengan LG seakan menjadi harapan baru nan cerah setelah apa yang terjadi dengan Samsung. "Saya pikir ini sebagai penanda yang baik," lanjutnya, seperti dilansir Cnet.
Sebagai pemain dominan di chip mobile, Qualcomm memang harus waspada dengan kiprah para pesaingnya. Intel, MediaTek dan Samsung tengah mencari peluang untuk memakan pasar Qualcomm. Jadi wajar bila Qualcomm setiap tahunnya menganggarkan budget USD 5 miliar untuk urusan R&D.
"Apa yang kami kerjakan adalah fokus untuk melakukan beberapa hal yang memiliki dampak besar," kata Jacobs.
(ash/fyk)