Tren wearable gadget sukses mencuri perhatian. Gadget futuristik yang dipakai langsung di tubuh seperti kacamata pintar atau jam tangan pintar menciptakan tren baru. Namun teknologi ini masih mahal. Sony pun membidik peluang dari sini.
Perusahaan asal Jepang ini mencari peluang memasuki industri wearable device melalui 'pintu' Business to Business (B2B).
"Tentu saja kami punya kesempatan di arena smartwear. Keuntungan terbesar dari teknologi wearable adalah pengguna bebas menggunakan tangan mereka sambil melakukan hal lain. Pasar seperti ini mudah ditemui di B2B," kata CEO Sony Mobile Communications Hiroki Totoki saat berbincang dengannya di kantor Sony Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkatnya dari temuan ini, analis Forrester J.P. Gownder menyimpulkan bahwa kalangan bisnis tak sekedar memberikan wearable gadget untuk para pekerjanya. Mereka ingin memanfaatkan wearable untuk membentuk ulang model bisnis mereka, meningkatkan produktivitas.
"Kesempatan ini yang coba kami gali. Berbekal perangkat unik yang dikombinasikan dengan berbagai layanan andalan yang kami suguhkan kepada segmen B2B, ini akan menjadi kesempatan mengembangkan bisnis baru," sebut Hiroki.
Sony sendiri boleh dibilang adalah salah satu pionir teknologi wearable. Jam tangan pintar Sony, sudah dipasarkan sejak beberapa tahun lalu sebelum Apple Watch datang. Sony juga menambah lini wearable device-nya dengan membuat gelang pintar dan kacamata pintar.
Soal smartwatch besutannya, diklaim Sony bahwa animo pasarnya cukup bagus. Meski memang diakui Hiroki, kontribusinya terhadap Sony masih sangat kecil. Hiroki sendiri mengatakan ada banyak pekerjaan rumah (PR) untuk terus mengembangkan wearable gadget Sony.
Smartwatch Sony, misalnya. PR-nya antara lain soal kapasitas baterai. Sony harus membuat baterainya tahan lama. Lebih lanjut menurutnya, teknologi wearable harus punya desain yang menarik dan cocok digunakan untuk sehari-hari.
Dia menambahkan, wearable device besutan Sony menyasar segmen enterprise, bukan untuk konsumen. Sony yakin, lebih mudah mengukur minat teknologi baru ini dengan memulai penetrasi dari kalangan bisnis.
"Kacamata pintar kami, dijual ke segmen enterprise. Kami tidak ada rencana menjualnya langsung ke consumer untuk saat ini. Mengapa? karena wearable device masih mahal. Lebih mudah bagi kami menentukan bagaimana pengguna memanfaatkan perangkat kami dari pasar B2B," sebutnya.
Dikatakannya, membidik segmen B2B adalah cara mudah bagi Sony untuk melakukan penetrasi ke segmen lebih luas, sampai akhirnya sampai ke tangan konsumer.
(rns/rou)