Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
'Manis-manis Beracun' Candy Crush

'Manis-manis Beracun' Candy Crush


Susetyo Dwi Prihadi - detikInet

Ilustrasi (getty images)
Jakarta -

Pesona game Candy Crush memang manis. Sayangnya, 'zat adiktif' yang terkandung di dalam game permen ini juga menyebabkan beberapa masalah bagi para pemainnya.

Kecanduan yang disebabkan oleh Candy Crush tak mengenal jenis kelamin atau usia. Mau muda, tua, laki atau perempuan bila sudah keranjingan, maka tak terbantahkan bakal sulit dilepaskan.

Seperti cerita seorang ibu rumah tangga di London mengaku tak tahan lagi menghadapi tingkah suaminya. Kecanduan game Candy Crush, membuat sang suami bertingkah aneh. Sikapnya ini membuat rumah tangganya tak lagi harmonis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patricia Willcox, wanita berusia 46 tahun ini, pertama kali mendapati suaminya Brian Willcox menghibur orang tak dikenal dengan bertelanjang dada di depan webcam. Ini dilakukannya untuk merayu orang tersebut memberikan extra live. Tentu saja agar dia bisa melanjutkan permainan Candy Crush.

"Sejak itu saya mulai paham, mengapa belakangan ini dia bertingkah aneh. Ketika suami mengabaikan masakan Anda dan lebih memilih sekantong makanan kucing, Anda tahu ada yang salah. Saya sudah tak tahan lagi," tuturnya.

Patricia menceritakan bagaimana suasana makan malamnya pada Natal silam berubah menjadi mimpi buruk.

"Brian menyingkirkan semua makanan di meja. Dia lalu menyebar lima kantong permen di meja makan, lalu menyusunnya. Dia tertawa mengerikan, lalu memecahkan permen-permen tersebut dengan palu," kata Patricia lirih.

"Saya dan anak-anak berusaha membersihkan meja makan dari permen, lalu dia menatap kami dengan aneh dan mulai menggeram seperti hewan. Anak-anak bahkan trauma dengan kejadian ini, mereka sampai harus mendapatkan bimbingan konseling di sekolah. Saya hanya ingin kehidupan kami yang dulu kembali," ujarnya menahan tangis.

Lain halnya dengan Lucy Berkley, wanita kantoran asal Inggris ini juga menjadi pecandu Candy Crush. Bahkan dia mengaku bisa menghabiskan USD 600 atau sekitar Rp 6 juta sehari!

"Saya tidak pernah berhenti memikirkan untuk bermain game Candy Crush dan saya pernah menghabiskan waktu hingga 10 jam selama sehari di akhir pekan," katanya.



Apa yang dialami Lucy, mirip dengan Ira asal Jakarta. Dia mengaku sempat menjadi pecandu Candy Crush. Bahkan dia rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game besutan King ini.

Soal kecanduan, secara keseluruhan, Ira mengaku bahwa dirinya memang penggila game online. Dia sampai membeli beberapa gadget untuk bermain game ini secara marathon.

"Kalau weekdays, gue bisa main saat macet atau pas lagi istirahat di sela-sela kerja. Nah, sebelum tidur masih main lagi. Pas weekend itu waktunya bisa lebih banyak lagi," kata wanita yang bekerja di bilangan Gatot Soebroto ini.

Namun tak seperti dua contoh kasus tadi, Ira tidak sampai kecanduan game mobile membuatnya jadi gila atau boros. Dia mengaku, bisa mengerem untuk membeli item, hanya Rp 200 ribu sebulan.

Saat ini, mungkin seperti pemain Candy Crush lainnya, dirinya mulai bosan bermain. Selain karena sudah 'mentok', ada game lain yang menyita perhatiannya.

Tahun 2013 sekitar 97 juta orang tercatat dibikin kecanduan oleh Candy Crush. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam, berhari-hari, atau sampai berminggu-minggu untuk bisa naik level.

Pada tahun 2012, 'Sang Raja' dilaporkan cuma meraup revenue USD 164 juta. Bandingkan saat Candy Crush meledak di tahun berikutnya, revenue King melesat sampai USD 1,9 miliar.

Memang, King berusaha untuk melakukan penetrasi saat terjun ke lantai bursa. Sayang, performa saham perdananya juga berakhir kurang manis. Setelah dibuka di angka USD 22,50 pada penawaran perdana, saham King perlahan juga tumbang.

Bahkan belakangan, saham King terjun bebas setelah anjlok 24%. Pada Rabu, (13/8/2014) kemarin saja misalnya, saham pembuat Candy Crush ini hancur lebur di angka USD 14 per lembarnya.

Banyak yang menilai jika King dianggap kurang bisa meyakinkan publik bahwa perusahaannya akan terus langgeng dalam waktu lama, karena banyak gamer yang mulai bosan.

(tyo/ash)





Hide Ads