CEO Google, Sundar Pichai, mengeluarkan peringatan keras bahwa Amerika Serikat berisiko kalah dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI) global melawan China kecuali jika negara tersebut segera membenahi regulasinya. Ia menyatakan tumpang tindihnya aturan tingkat negara bagian di AS berisiko melumpuhkan inovasi.
Pichai mengatakan menjamurnya lebih dari 1.000 rancangan undang-undang terkait AI yang sedang diproses di berbagai badan legislatif negara bagian AS menciptakan labirin regulasi. Hal ini dapat memberikan keuntungan telak bagi China dalam perlombaan AI yang akan mendefinisikan abad ke-21.
"Bagaimana Anda menghadapi beragam regulasi tersebut dan bagaimana Anda bersaing dengan negara seperti China yang bergerak cepat dalam teknologi ini? Saya pikir kita harus menemukan keseimbangan yang tepat," cetus Pichai yang dikutip detikINET dari Fox News.
Bos Google tersebut berpendapat AS harus menyeimbangkan antara mendorong inovasi dan memasang pengaman. Menurutnya, akan lebih baik dilakukan secara nasional daripada setiap negara bagian menyusun aturan yang saling bertentangan.
Komentarnya muncul di momen kritis dalam perlombaan senjata AI global, di mana China menggelontorkan miliaran dolar untuk pengembangan AI. Di saat yang sama, negara-negara Barat bergulat dengan regulasi teknologi ini tanpa mematikan inovasi.
Di sisi lain, Pichai menekankan pemerintah dan perusahaan teknologi harus bermitra untuk memperkuat pertahanan terhadap ancaman berbasis AI, serta menyerukan kerja sama internasional untuk mencegah teknologi ini dijadikan senjata. "Sebagian solusinya adalah kami sebagai perusahaan membuat produk kami lebih baik," kata Pichai.
Menurutnya, negara-negara harus bekerja sama untuk mengembangkan kerangka kerja sama internasional agar tidak menjadikan teknologi ini sebagai senjata untuk saling menyerang. Meski mengakui manfaat besarnya, ia memperingatkan AI dapat disalahgunakan dengan dampak yang menghancurkan oleh pelaku kejahatan. "Setiap teknologi memiliki dua sisi," ujar Pichai.
Google sudah mengerahkan AI secara defensif, menggunakannya untuk menghentikan penjahat yang mungkin mempersenjatai teknologi ini untuk penipuan dan peretasan. Alat SynthID yang dikembangkan oleh Google DeepMind, dapat mengidentifikasi gambar dan video yang dibuat oleh AI.
Dia juga memberikan gambaran sekilas tentang proyek ambisius perusahaan bernama "Suncatcher" untuk membangun pusat data AI bertenaga surya di luar angkasa guna menopang infrastruktur yang semakin haus energi.
"Saya tidak ragu bahwa dalam satu dekade atau lebih, kita akan melihatnya sebagai cara yang lebih normal untuk membangun pusat data," katanya.
Saat ditanya apakah AI merusak pemikiran manusia, Pichai menyinggung kritik awal terhadap Google Search "Sekitar 25 tahun lalu, orang menanyakan pertanyaan yang sama tentang Google Search. Saya pikir sebagai masyarakat kita akan beradaptasi, dan saya harap masa-masa kreatif kita akan jadi lebih kaya di masa depan," katanya.
Simak Video "Video Terapis AI: Ide Bagus atau Malah Berbahaya?"
(fyk/afr)