Taiwan Tolak Mentah-mentah Usulan AS Produksi Chip '50-50'
Hide Ads

Taiwan Tolak Mentah-mentah Usulan AS Produksi Chip '50-50'

Fino Yurio Kristo - detikInet
Minggu, 05 Okt 2025 17:15 WIB
Laptop Huawei dengan Chip TSMC
Foto: Dok. TechInsights
Jakarta -

Taiwan tidak akan menerima usulan Amerika Serikat, untuk memproduksi separuh dari chip yang saat ini dipasoknya ke AS, di tanah AS. Cheng Li-chiun, Wakil Perdana Menteri Taiwan, mengatakan usulan pembagian "50-50" dalam produksi semikonduktor bahkan tidak dibahas dalam perundingan dagang di AS.

Dikutip detikINET dari CNBC, Cheng menyebut perundingan difokuskan pada penurunan tarif di mana Taiwan saat ini menghadapi tarif timbal balik sebesar 20%.

Menteri Perdaganga AS, Howard Lutnick, menilai pembagian 50-50 dalam produksi semikonduktor akan mengurangi ketergantungan Amerika pada Taiwan. Saat ini, 95% permintaan di AS dipenuhi melalui chip yang diproduksi di Taiwan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tujuan saya, dan tujuan pemerintahan ini, adalah untuk memindahkan produksi chip secara signifikan ke dalam negeri, kita perlu memproduksi chip kita sendiri. Ide yang saya ajukan ke Taiwan adalah, mari kita capai 50-50. Kita memproduksi setengahnya, dan Anda memproduksi setengahnya lagi," sebut Lutnick.

ADVERTISEMENT

Usulan Lutnick dikecam oleh para politisi Taiwan. Eric Chu, ketua partai oposisi utama di pulau itu, Kuomintang, menyebutnya tindakan eksploitasi dan penjarahan.

"Tidak ada yang bisa mengkhianati Taiwan atau TSMC, dan tidak ada yang bisa merusak perisai silikon Taiwan," kata Chu, merujuk pada perusahaan TSMC, pemimpin dunia dalam manufaktur cip canggih.

Posisi penting Taiwan dalam produksi chip global diyakini telah menjamin pertahanan negara kepulauan itu terhadap aksi militer langsung dari China, yang sering disebut sebagai teori "Perisai Silikon".

Lutnick sendiri meremehkan Perisai Silikon, dengan alasan Taiwan akan lebih aman dengan produksi chip yang lebih seimbang antara Washington dan Taipei. Beijing memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya dan berjanji untuk merebutnya kembali dengan paksa jika perlu, sementara Taipei menolak klaim tersebut.

Ketua Partai Rakyat Taiwan, Huang Kuo-chang, dilaporkan menyebut proposal Lutnick sebagai upaya untuk merusak fondasi sektor teknologi Taiwan.




(fyk/fyk)
Berita Terkait