Raksasa telekomunikasi asal Swedia, Ericsson, ikut mengurangi pegawai seperti yang dilakukan banyak perusahaan teknologi lain belakangan ini. Sekitar 8.500 pegawai Ericsson terkena imbas dalam PHK massal yang akan dilakukan.

Seperti dikutip detikINET dari CNBC, Sabtu (25/2/2023), Ericsson mempekerjakan sekitar 105 ribu pegawai di seluruh dunia, sehingga PHK itu mencakup sekitar 8% dari total karyawan.

Menanggapi kabar ini, juru bicara Ericsson telah membenarkan bahwa PHK terpaksa dilakukan. Ia mengatakan pemangkasan ribuan karyawan itu adalah bagian dari percepatan upaya pengurangan biaya struktural perusahaan alias dalam rangka efisiensi atau penghematan.

Sang juru bicara Ericsson menambahkan bahwa sebagian besar PHK akan digelar pada paruh pertama tahun 2023 dan prosesnya bisa diperpanjang hingga tahun 2024 mendatang. Mereka berjanji akan memenuhi ketentuan PHK yang berlaku di setiap wilayah.

"Cara dalam mengurangi jumlah pegawai ini akan dikelola dengan berbeda-beda, tergantung pada praktik negara setempat," kata juru bicara Ericsson itu dalam pernyataannya.

"Tujuan kami adalah mengelola proses di setiap negara dengan adil, hormat, profesionalisme, dan sejalan dengan undang-undang ketenagakerjaan setempat. Setiap dampak terhadap karyawan akan dikomunikasikan terlebih dahulu kepada mereka," imbuh dia.

Badai PHK tengah terjadi di berbagai perusahaan teknologi, bahkan yang berstatus raksasa. Twitter, Microsoft, Meta, Google, sampai Amazon telah mengumumkan pemberhentian sampai belasan ribu karyawan. Google contohnya, melakukan PHK pada 12 ribu orang pegawai.

Berbagai faktor menjadi penyebabnya seperti kelebihan pegawai sampai antisipasi resesi ekonomi. Kelebihan karyawan terjadi karena banyak yang agresif merekrut pada masa pandemi Corona.