Berbagai startup di Indonesia maupun mancanegara tengah mengetatkan ikat pinggang menghadapi situasi ekonomi yang sulit serta berakhirnya masa bulan madu di mana pendanaan tidak jor-joran seperti zaman dahulu.
Apakah dengan demikian bekerja di startup masih menjanjikan? Tak dapat dipungkiri bahwa bekerja di perusahaan startup banyak diminati kaum muda, bahkan menjadi impian mereka.
Suasana kantor yang nyaman dan rileks, jam kerja fleksibel, makan gratis, sampai gaji yang memadai mungkin adalah citra yang hadir saat berbicara tentang bekerja di startup.
Namun belakangan ini, beberapa startup menghadapi situasi yang cukup berat dibandingkan di masa silam terkait kondisi ekonomi ataupun tekanan dari investor untuk segera meraih laba. Bahkan gelombang PHK pun terjadi.
Dengan kondisi demikian, apakah bekerja di startup masih menjanjikan? Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, bekerja di startup saat ini mungkin harus lebih pilih-pilih, terutama yang sudah mapan.
"Masih ada ruang bagi anak muda untuk bekerja di startup yang sudah jadi unicorn atau decacorn, atau yang sudah mapan, meski mungkin akan berbeda dalam hal fasilitas dan gaji misalnya. Sebab semua akan melakukan efisiensi," katanya kepada detikINET.
Fasilitas atau gaji yang didapat dari startup saat ini mungkin saja tidak sebesar di masa silam karena ada efisiensi. Adapun yang sedang mengembangkan startup, harus punya ketangguhan dalam menghadapi kondisi yang terjadi.
"Bagi anak muda pengembang startup, harus bersiap bahwa bisnisnya akan rontok. Namun ini tantangan untuk bagaimana survive dan tetap bisa menjadi unicorn. Efisiensi perlu dilakukan. Reorganisasi maupun penghematan operasional startup juga harus dilakukan," cetus Heru.
"Strategi lainnya adalah konsolidasi dengan startup lain atau dengan startup yang sudah besar maupun startup sejenis," pungkas dia.
Simak Video "Menkominfo soal Badai PHK di Perusahaan Teknologi"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/afr)