Salah satu perusahaan produk susu probiotik terbesar dan terkemuka di Indonesia mengalami tantangan dengan infrastruktur IT mereka yang semakin menua. Dengan 20 server fisik dan 15 virtual machine (VM), mereka kehabisan ruang dan membayar jumlah yang besar untuk daya dan pendinginan.
Banyak dari server mendekati akhir masa pakai atau hardware failure, membuat ketersediaan tinggi dan solusi backup secara otomatis diperlukan untuk menghindari kegagalan pada server, perangkat keras atau disk serta kehilangan data. Infrastruktur mereka menampung komputasi dan penyimpanan secara terpisah, mendorong perusahaan untuk memperluas kapasitas penyimpanan mereka yang sudah besar biayanya. Akhirnya, decentralized management platform mereka sulit digunakan, memaksa mereka untuk mencari solusi yang lebih terpusat.
"Kami telah melihatnya selama bertahun-tahun. Teknologi membuat industri manufaktur lebih aman untuk masyarakat, lebih efisien, dan lebih mumpuni," ucap President dari Sangfor International Market, Kaden Zhang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tantangannya adalah menciptakan keselarasan antara teknologi, dan orang-orang yang kita butuhkan untuk mengelola, memelihara, dan mendukungnya," imbuh Zhang
Dengan bantuan Sangfor Technologies Indonesia, perusahaan tersebut mengganti 20 server fisik dan 15 VM mereka hanya dengan 4 node Sangfor Hyperconverged Infrastructure (HCI). Keempat server x86 ini digunakan untuk membangun sebuah cluster, dengan maksimal 64 server dalam satu single cluster.
Dua switches digunakan untuk membangun area penyimpanan dengan redundansi serta dengan koneksi 10GB. Menghilangkan kebutuhan akan downtime yang mahal, data pada server fisik yang ada dimigrasikan ke Sangfor HCI. Sangfor HCI dikerahkan untuk mengelola semua VM dari platform terpusat.
Apa yang dapat dilakukan Sangfor Indonesia untuk memungkinkan dan mengamankan bisnis manufaktur Anda? Kunjungi https://sangfor.id/ untuk informasi lebih lanjut atau hubungi email marketing.id@sangfor.com.
(Content Promotion/Sangfor Technologies Indonesia)