Serangan Terakhir Donald Trump ke Huawei
Hide Ads

Serangan Terakhir Donald Trump ke Huawei

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Senin, 18 Jan 2021 15:15 WIB
LAS VEGAS, NV - JANUARY 09:  The Huawei logo is display during CES 2018 at the Las Vegas Convention Center on January 9, 2018 in Las Vegas, Nevada. CES, the worlds largest annual consumer technology trade show, runs through January 12 and features about 3,900 exhibitors showing off their latest products and services to more than 170,000 attendees.  (Photo by David Becker/Getty Images)
Foto: David Becker/Getty Images
Jakarta -

Menjelang lengsernya Donald Trump dari kursi kepresidenan Amerika Serikat, ia masih melancarkan serangan terakhirnya ke Huawei.

Seperti diketahui, Joe Biden akan dilantik sebagai presiden AS pada Rabu mendatang, menggantikan Trump. Sebelum pergantian kekuasaan itu terjadi, Trump masih melancarkan serangan ke Huawei.

Serangan tersebut dilakukan dengan menarik lisensi tertentu yang sebelumnya diberikan ke sejumlah perusahaan penyuplai Huawei, seperti Intel. Dengan ditariknya lisensi tersebut, artinya Intel dan perusahaan lain tak bisa menjual komponen buatannya ke Huawei.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menarik lisensi, pemerintah AS pun berencana untuk menolak permohonan lisensi sejenis yang sudah diajukan oleh banyak perusahaan lain, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (18/1/2021).

Dalam email yang dikirimkan oleh Semiconductor Industry Association (SIA), terlihat kalau pemerintah AS lewat Kementerian Perdagangannya berencana untuk menolak permohonan lisensi dalam jumlah yang signifikan.

ADVERTISEMENT

Padahal, menurut SIA, banyak perusahaan asal AS sudah menunggu berbulan-bulan untuk mengetahui apakah mereka akan mendapat lisensi untuk berbisnis dengan Huawei. Sejauh ini ada lebih dari 150 permohonan yang masih tersangkut dan belum mendapat izin, dengan nilai produk mencapai USD 120 miliar.

Seperti diketahui, Huawei adalah salah satu perusahaan yang oleh pemerintahan Trump dimasukkan dalam Entity List, daftar hitam perusahaan yang dilarang berbisnis dan menggunakan teknologi milik perusahaan asal AS.

Agar perusahaan asal AS bisa berbisnis dengan Huawei, mereka perlu mengajukan permohonan lisensi khusus. Dan lisensi inilah yang kemudian ditarik dan ditolak menjelang pergantian kekuasaan di AS.

Selain itu, permerintah AS baru-baru ini juga memasukkan Xiaomi ke dalam daftar hitam lainnya. Yaitu Xiaomi tak bisa menerima investasi dari perusahaan asal AS, dan perusahaan yang sudah terlanjur berinvestasi harus melakukan divestasi paling lambat pada November 2021 mendatang.

Namun, nasib Xiaomi bisa dibilang masih terbilang beruntung dibanding Huawei karena mereka tetap bisa menggunakan teknologi yang berasal dari AS. Contohnya chip buatan Qualcomm dan ataupun sistem operasi Android, berbeda dibanding Huawei.




(asj/fay)